inna Lillahi Wainna Ilaihi Roji'un. NU kembali kehilangan salah satu tokoh besarnya. Pengasuh Pondok Pondok (Ponpes) Pesantren Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan, KH Muhammad Baqir Adelan (Kiai Baqir), Senin (15/5) dipaanggil Sang Khalik. Kiai kharismatik itu wafat sekitar pukul 12.00 WIB di kediamannya di komplek Ponpes Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan. Rencananya, jenazah Kiai Baqir akan dimakamkan di pemakaman keluarga di Desa Kranji, besok (16/5) pukul 12.00 WIB.
H Agus KhosyiRofiqi, putra almarhum mengatakan, sebelum wafat, Kiai Baqir, tidak merasakan sakit apa-apa. Bahkan, sekitar pukul 09.30 almarhum masih menjalankan rutinitas ibadah sunah, yaitu menjalankan salat dluha. Sebelumnya hanya sesak nafas saja, katanya.
Kepergian Kiai Baqir meninggalkan duka mendalam bagi keluarga, para santri, alumni dan masyarakat, terutama warga Lamongan. Maklum, Kiai Baqir selama ini dikenal sangat dekat dengan masyarakat.
Mendengar kabar wafatnya Kiai yang pernah menjabat sebagai pengurus Syuriah PWNU Jawa Timur itu, ribuan masyarakat langsung datang berbondong-bondong ke Ponpes Tarbiyatut Tholabah.
Ribuan masyarakat dan santri pun langsung membacakan ayat suci Al-Quran dengan harapan arwah Kiai Baqir diterima di sisi Allah, diampuni semua kekhilafannya, serta diterima semua amal ibadahnya. Mewakili keluarga, saya memohonkan maaf untuk abi (ayah) saya kepada masyarakat yang pernah bergaul, ungkap Gus Khosyisapaan akrab H Agus KhosyiRofiqi.
Kiai Baqir lahir pada tanggal 30 Agustus 1934 M, yang bertepatan dengan tanggal 18 Jumadil Ula 1354 H di desa Kranji kecamatan Paciran Lamongan. Kiai Baqir adalah putera keenam dari dua belas bersaudara. Ibunya bernama Nyai Hj Shofiyah (putri KH Musthofa dengan Nyai Aminah Sholeh). Sedangkan ayahnya bernama KH Adelan Abdul Qodir (santri KH Musthofa dari Kranji).
Sejak kecil, Kiai Baqir dikenal sebagai pribadi yang mempunyai banyak kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang-orang seumurnya, yaitu, kecerdasan intelegensi, keberanian, kemandirian dan kemampuan dalam ilmu perdagangan. Kelebihan-kelebihan itulah yang membuat kiai dengan sembilan putra ini dipercaya memangku pondok pesantren Tarbiyatut Tholabah, sepeninggal kakeknya, KH Musthofa Abdul Karim dan ayahnya KH Adelan Abdul Qodir.
Kiai Baqir mengawali pendidikannya di Ponpes Tarbiyatut Tholabah yang saat itu masih diasuh oleh kakeknya, KH Musthofa Abdul Karim. Pada saat bersamaan, Kiai Baqir juga belajar ilmu agama dari kedua pamannya, yaitu KH Abdul Karim Musthofa (Pendiri dan Ketua Jamiyatul Qurra Wal Huffadz NU), dan KH. Muhammad Amin Musthofa. Tidak puas dengan apa yang telah dibelajari, pada tahun 1952- 1954, Kiai Baqir melanjutkan pendidikannya di Ponpes Tambak Beras, Jombang.
Setelah kurang lebih selama dua tahun berada di Tambak Beras, Kiai Baqir kemudian melanjutkan pendidikannya di Ponpes Denanyar Jombang yang pada saat itu masih diasuh oleh KH Bisri Syamsuri (1954-1958). Di Ponpes ini, Kiai Baqir tidak hanya menjadi santri, tatapi sudah mulai dipercaya oleh Kiai Bisripanggilan KH Bisri Syamsurimenjadi pengajar. Bahkan, Kiai Baqir turut membesarkan pesantren tersebut dengan turut mendirikan Madrasah Tsanawiyah (MTs). Dulu masih jarang sekolah Tsanawiyah (setingkat SLTP). Di Denanyar saja saat itu saya yang mbubak (memulai), kata Kiai Baqir belum lama ini.
Saat masih tinggal di Denanyar, Kiai Baqir turut mengasuh KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang pada saat itu tinggal di komplek Ponpes Denanyar bersama kakeknya, Kiai Bisri. Hubungan Kiai Baqir dengan Gus Dur tidak hanya sebatas kenal. Saya dulu panggilnya Kang Baqir. Beliau itu yang nyewoi (nyeboki) saya, saat saya masih di Denanyar, yaitu, saat ikut Mbah Bisyri, kata Gus Dur dalam suatu kesempatan. (amh)
Sumber :http://nu.or.id/page/id/dinamic_detil/2/6479/Warta_Daerah/Besok__Dimakamkan_di_Desa_Kranji.html
H Agus KhosyiRofiqi, putra almarhum mengatakan, sebelum wafat, Kiai Baqir, tidak merasakan sakit apa-apa. Bahkan, sekitar pukul 09.30 almarhum masih menjalankan rutinitas ibadah sunah, yaitu menjalankan salat dluha. Sebelumnya hanya sesak nafas saja, katanya.
Kepergian Kiai Baqir meninggalkan duka mendalam bagi keluarga, para santri, alumni dan masyarakat, terutama warga Lamongan. Maklum, Kiai Baqir selama ini dikenal sangat dekat dengan masyarakat.
Mendengar kabar wafatnya Kiai yang pernah menjabat sebagai pengurus Syuriah PWNU Jawa Timur itu, ribuan masyarakat langsung datang berbondong-bondong ke Ponpes Tarbiyatut Tholabah.
Ribuan masyarakat dan santri pun langsung membacakan ayat suci Al-Quran dengan harapan arwah Kiai Baqir diterima di sisi Allah, diampuni semua kekhilafannya, serta diterima semua amal ibadahnya. Mewakili keluarga, saya memohonkan maaf untuk abi (ayah) saya kepada masyarakat yang pernah bergaul, ungkap Gus Khosyisapaan akrab H Agus KhosyiRofiqi.
Kiai Baqir lahir pada tanggal 30 Agustus 1934 M, yang bertepatan dengan tanggal 18 Jumadil Ula 1354 H di desa Kranji kecamatan Paciran Lamongan. Kiai Baqir adalah putera keenam dari dua belas bersaudara. Ibunya bernama Nyai Hj Shofiyah (putri KH Musthofa dengan Nyai Aminah Sholeh). Sedangkan ayahnya bernama KH Adelan Abdul Qodir (santri KH Musthofa dari Kranji).
Sejak kecil, Kiai Baqir dikenal sebagai pribadi yang mempunyai banyak kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang-orang seumurnya, yaitu, kecerdasan intelegensi, keberanian, kemandirian dan kemampuan dalam ilmu perdagangan. Kelebihan-kelebihan itulah yang membuat kiai dengan sembilan putra ini dipercaya memangku pondok pesantren Tarbiyatut Tholabah, sepeninggal kakeknya, KH Musthofa Abdul Karim dan ayahnya KH Adelan Abdul Qodir.
Kiai Baqir mengawali pendidikannya di Ponpes Tarbiyatut Tholabah yang saat itu masih diasuh oleh kakeknya, KH Musthofa Abdul Karim. Pada saat bersamaan, Kiai Baqir juga belajar ilmu agama dari kedua pamannya, yaitu KH Abdul Karim Musthofa (Pendiri dan Ketua Jamiyatul Qurra Wal Huffadz NU), dan KH. Muhammad Amin Musthofa. Tidak puas dengan apa yang telah dibelajari, pada tahun 1952- 1954, Kiai Baqir melanjutkan pendidikannya di Ponpes Tambak Beras, Jombang.
Setelah kurang lebih selama dua tahun berada di Tambak Beras, Kiai Baqir kemudian melanjutkan pendidikannya di Ponpes Denanyar Jombang yang pada saat itu masih diasuh oleh KH Bisri Syamsuri (1954-1958). Di Ponpes ini, Kiai Baqir tidak hanya menjadi santri, tatapi sudah mulai dipercaya oleh Kiai Bisripanggilan KH Bisri Syamsurimenjadi pengajar. Bahkan, Kiai Baqir turut membesarkan pesantren tersebut dengan turut mendirikan Madrasah Tsanawiyah (MTs). Dulu masih jarang sekolah Tsanawiyah (setingkat SLTP). Di Denanyar saja saat itu saya yang mbubak (memulai), kata Kiai Baqir belum lama ini.
Saat masih tinggal di Denanyar, Kiai Baqir turut mengasuh KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang pada saat itu tinggal di komplek Ponpes Denanyar bersama kakeknya, Kiai Bisri. Hubungan Kiai Baqir dengan Gus Dur tidak hanya sebatas kenal. Saya dulu panggilnya Kang Baqir. Beliau itu yang nyewoi (nyeboki) saya, saat saya masih di Denanyar, yaitu, saat ikut Mbah Bisyri, kata Gus Dur dalam suatu kesempatan. (amh)
Sumber :http://nu.or.id/page/id/dinamic_detil/2/6479/Warta_Daerah/Besok__Dimakamkan_di_Desa_Kranji.html
Kepada Yth;H Agus KhosyiRofiqi
BalasHapusSebagai seorang anak kyai tangguh (Alm Kyai M Baqir Adlan) sy mohon penilaian,pendapat & bantuan thd pemikiran berikut ini:
Assalamualaikum Wr . Wb
Ada pemikiran untuk Umat Islam Indonesia
LATAR BELAKANG IDE (Pemikiran)
menyempurnakan rukun islam yang ke-5 yaitu pergi haji bagi yang mampu
LANDASAN PEMIKIRAN
1. Pergi haji wajib bagi Umat Islam yang mampu
2. Kewajiban ini 1 kali seumur hidup & kuota Indonesia thn 2011 221.000
3. Banyaknya Umat Islam Indonesia (dalam bilangan puluhan juta) yang telah menunaikan ibadah haji.
4. Umat Islam di Indonesia secara ekonomi ada yang berkelebihan,berkecukupan,pas-pasan,kekukarangan dan fakir
5. Dalam kekayaan yang kita miliki terdapat hak-hak fakir miskin.
6. Sedakoh,Zakat,&wakaf merupakan salah satu cara untuk membersihkan harta yang bila dilakukan dgn keiklasahan akan meluaskan rizki.
7. Setiap perbuatan kebajikan yang dilandasi hanya mengharap ridho ALLOH SWT dan untuk kemaslahatan umat islam nilainya adalah Quantum dimata ALLOH SWT.
SEMANGAT PEMIKIRAN
1. Ukhuwah Islamiah karena seluruh umat Islam InsyaAlloh akan merasakan manfaat
2. Pancasila
PROSES PEMIKIRAN -à GOALS
How to Changing Paradism (Perubahan Paradigma) berpikir menjadi:
1. pergi haji bagi yg mampu tidak hanya secara Individu juga secara umat sehingga saudara-saudara muslim kita sebangsa di seluruh tanah air yang mempunyai Dedikasi & Konsistensi yang tinggi thd NKRI & Agama Islam tetapi hidupnya masih miskin,yg tadinya berpikir pergi haji jadi hal yg mustahil akan dapat mempunyai harapan pergi ke tanah suci!!.
2. Islam itu ukhuwah yg indah!,sehingga diharapkan meminimasi doktrinasi faham aksi teror
3. Islam yang dilandasi Al-Qur’an,Al-hadist,& Istima’ Ulama adalah agama yang UP TO DATE.
Untuk itu berdasarkan pengalaman di tanah suci, mengetahui dan memperhitungkan lingkungan internal, eksternal dan lingkungan jauh Insya ALLOH semuanya akan merasakan efek positif dengan saya telah meramu startegi yang sistematis untuk mewujudkan goals diatas.
Experience thought
Internet file 74798-T 12117-Pengembangan strategi.pdf
P E R M O H O N A N / R E Q U I R E M E N T:
Jika Uraian diatas di rasa benar dan possibility atau kemungkinannya bisa untuk diwujudkan,tolong bantuan kerjasamanya semampunya & seikhlasnya insyaAlloh dpt menjadi Moslem team work role model, jajakoulloh khoiron katsir, syukron.
PROGRESS: Saya telah mengirim amanah ini ke 99 nama yang saya nilai mampu (capable) membantu.Subhanalloh wal Hamdulillah wala Illahailallloh wallohu akbar
ILUSTRASI: Idea Flow: Thn 2011 jemaah haji Indonesia sekitar 221.000 org jk thn dpn (2012) sama jmlhnya,andaikan dr jumlah tersebut 0,1% saja brangkatkan umat islam yg b'anggapan haji adalh mimpi berarti skitar 221 org dr seluruh indonesia.Ini sangat mungkin dilakukan umat islam Indonesia asalkan sluruh element umat stuju bekerja sama secara tranparan,sistematis,akuntable dr mulai rancangan mekanisme,collecting material,Auditing&policy support, Wass Wr Wb
email saya wahyuallohswt@rocketmail.com