Minggu, 13 November 2011

Sosok KH. Ridwan Abdullah

Pelukis berbakat alam ini, bersama Wahab Chasbullah dan Mas Abdul Aziz, adalah trio yang berjasa kepada NU.
Kenapa demikian?

Malam itu Ridwan Abdullah (63 tahun) tertidur nyenyak di pembaringannya. Sebelum tidur, ia telah melaksanakan shalat istikharah, minta petunjuk Allah. Kakek sekian cucu itu terdesak waktu. Hasil karyanya ditunggu untuk dikibarkan di forum muktamar kedua Nahdlatul Ulama (NU) di salah satu hotel di Surabaya dua hari lagi. Padahal, ia telah menyanggupi sejak dua bulan sebelumnya, ketua panitia muktamar, K.H. Wahab Chasbullah, juga telah mengingatkan dirinya. Entah kenapa ilham untuk menciptakan lambang jam & rsquo;iyyah ulama yang baru didirikan oleh Hadhratusy Syaikh K. H. Hasyim Asy’ari tahun lalu itu sulit didapat. Masalahnya, dia juga tidak mau sembarangan. Itu karena jam’iyyah ulama tersebut merupakan organisasi yang menghimpun ahli agama, sehingga lambangnya juga harus mencitrakan keberadaan, kepaduan, kesungguhan, dan citacita yang ingin dicapai. Keinginan yang begitu luhur itu terus didesak waktu.

Ketika malam telah larut dan Ridwan Abdullah terbuai tertidur nyenyak di keheningan malam, dia mimpi melihat gambar di langit biru. Ketika terbangun, jam dinding menunjuk angka dua. Segera diambilnya kertas dan pinsil dan ditorehkannya gambar mimpi itu dalam bentuk sketsa. Akhirnya, coretan itu pun selesai. Pada pagi harinya, sketsa itu disempurnakan lengkap dengan tulisan NU, huruf Arab dan Latin. Hanya dalam waktu satu hari, lambang itu selesai, sempurna wujudnya seperti yang kita kenal sampai hari ini. Maklum, kiai Ridwan memang dikenal sebagai ulama yang punya keahlian melukis. Itulah sebabnya K.H. Wahab Chasbullah menugasinya membuat lambang jam & rsquo; iyyah tersebut. Namun, untuk merepresentasikannya di atsa kain, dia kesulitan mencari bahan yang pas. Saking percaya kepada mimpinya, Ridwan juga berusaha mencari warna yang tepat dengan yang dilihatnya di mimpi. Namun, tidak mudah menemukan warna seperti itu. Beberapa toko kain di Surabaya yang didatangi tidak punya persediaan kain seperti itu.

Akhirnya, di Malang kain itu ditemukan. Itu pun Cuma selembar, berukuran 4 meter x 6 meter. ‘Tak apalah,” pikirnya. Maka, di atas kain warna hijau ukuran 4 x 6 itulah, lambang NU pertama kali ditorehkan oleh pelukisnya, K.H. Ridwan Abdullah. Besoknya, 9 Oktober 1927, lambang itu dipancang di pintu gerbang Hotel Paneleh, Surabaya, tempat berlangsungnya
muktamar NU kedua. Hal itu memang disengaja untuk memancing perhatian warga Surabaya, baik terhadap lambangnya maupun kegiatan muktamar itu sendiri. Maklum, segalanya masih baru bagi masyarakat. Umpan itu mengena. Pejabat yang mewakili pemerintah Hindia Belanda datang dari Jakarta. Saat mengikuti upacara pembukaan, dia dibuat terpana dan penasaran demi melihat lambang tersebut. Dia lantas bertanya kepada Bupati Surabaya yang berdiri di sampingnya. Karena sang Bupati tidak bisa menjawab, pertanyaan itu diteruskan kepada shahibul bait, H. Hasan Gipo. Ternyata yang punya gawe pun sama saja: tak tahu menahu! Dia hanya bisa mengatakan bahwa lambang itu dibuat oleh H. Ridwan Abdullah.

Selanjutnya, dituliskan dalam buku Karisma Ulama, bahwa untuk menjawab tekateki makna lambang NU itu dibentuk mahelis khusus. Beberapa wakil dari pemerintah dan para kiai dilibatkan dalam forum tersebut, termasuk Hadhratusy Syaikh Hasyim Asy’ari. Di depan forum tersebut, K.H. Ridwan Abdullah memberikan presentasi untuk pertama kali. Dalam penjelasannya, Kiai Ridwan menguraikan bahwa tali ini melambangkan agama sesuai dengan firman Allah ;Berpeganglah kepada tali Allah, dan jangan bercerai berai ; (Q.s. Ali Imran: 103). Posisi tali yang melingkari bumi melambangkan ukhuwah (persatuan) kaum muslimin seluruh dunia. Untaian tali berjumlah 99 melambangkan asmaul husna. Bintang sembilan melambangkan Wali Sanga. Bintang besar yang berada di tengah bagian atas melambangkan Nabi Muhammad Saw. Empat bintang kecil di samping kiri dan kanan melambangkan Khulafa’ Ar-Rasyidin. Empat bintang kecil di bagian bawah melambangkan madzahibul arba’ah (madzhab yang empat). Walhasil, seluruh peserta majelis sepakat, menerima lambang itu dan membuat rekomendasi agar muktamar kedua memutuskan lambang yang diciptakan oleh Kiai Ridwan tersebut menjadi lambang NU. Kiai Raden Muhammad Adnan, utusan dari Solo, kemudian merumuskan uraian Kiai Ridwan tadi pada acara penutupan muktamar dengan mengatakan:

“Lambang bola dunia berarti lambang persatuan kaum muslimin seluruh dunia, diikat oleh agama Allah, meneruskan perjuangan Wali Sanga yang
sejalan dengan ajaran Nabi Muhammad dan Khulafa’ Ar-Rasyidin, yang dibingkai dalam kerangka madzhab empat”.
Kelak, 27 tahun kemudian, pada 1954, Kiai Ridwan mengulangi presentasinya itu, namun dalam bentuk utuh. Hal itu terjadi pada muktamar ke-20 NU di Surabaya. Lambang dunia, yang dibikin bulat seperti bola hingga dapat
diputar, diletakkan di medan muktamar, yaitu di depan Taman Hiburan Rakyat (THR) Surabaya.
Bakat Alam Kiai Ridwan Abdullah lahir di Kampung Carikan Gang I, Kelurahan Alun-alun Contong, Kecamatan Bubutan, Surabaya, pada tahun 1884. pendidikan dasarnya diperoleh di sekolah Belanda. Agaknya di situlah, dia mendapatkan pengetahuan teknik dasar menggambar dan melukis. Dia tergolong murid yang pintar, sehingga ada orang Belanda yang ingin mengadopsinya. Belum selesai sekolah di situ, orangtuanyan kemudian mengirimnya ke Pesantren Buntet di Cirebon. Ayah Kiai Ridwan, Abdullah, memang berasal dari Cirebon, Ridwan adalah anak bungsu. Dari Buntet, Ridwan masih mengembara mencari ilmu ke Pesantren Siwalan Panji, Sidoarjo, dan Pesantren Bangkalan, Madura, asuhan Kiai Cholil. Di Pesantren terakhir itulah, Ridwan menimba ilmu cukup lama dibanding yang di tempat
lain. Sebagai kiai, Ridwan lebih banyak bergerak di dalam kota. Dalam beberapa hal, dia tidak sependapat dengan kiai yang tinggal di pedesaan. Misalnya, sementara kiai di pedesaan mengaharamkan kepiting, ia justru menghalalkan. Ia dapat dikategorikan sebagai kiai inteletual. Pergaulannya dengan tokoh nasionalis seperti Bung Karno, dr. Sutomo, dan

H.O.S Tjokroaminoto cukup erat. Apalagi, tempat tinggal mereka tidak berjauhan dengan rumahnya, di Bubutan Gang IV/20. karena tidak punya pesantren, ia sering megadakan dakwah keliling, terutama pada malam hari, yaitu di kampung Kawatan, Tembok, dan Sawahan. Sebelum NU berdiri, Kiai Ridwan mengajar di Madrasah Nahdlatul Wathan – lembaga pendidikan yang didirikan oleh Kiai Wahab Chasbullah pada tahun 1916 – dan terlibat dalam kelompok diskusi Tashwirul Afkar (1918), dua lembaga yang menjadi embrio lahirnya organisasi NU. Ketika NU sudah diresmikan, ia aktif di Cabang Surabaya dan mewakilinya dalam muktamar ke-13 NU di Menes, Pandeglang, pada tanggal 15 Juni 1938. Dalam kehidupan rumah tangga, Kiai Ridwan menikah dua kali. Pernikahan pertama terjadi pada tahun 1910 dengan Makiyyah. Setelah dikaruniai tiga anak, sang istri meninggal dunia. Yang kedua dengan Siti Aisyah, gadis Bangil, yang dicomblangi oleh sahabatnya, Kiai Wahab Chasbullah.

Kiai Ridwan wafat 1962, pada umur 78 tahun, dimakamkan di Pemakaman Tembok, Surabaya. Kiai Wahab Chasbullah (pendiri NU), K.H. Mas Alwi Abdul Aziz (pencipta nama NU), dan K.H. Ridwan Abdullah (pencipta lambang NU) dikenal sebagai tiga serangkai
NU.

Sumber: Majalah Al-Kisah No. 03-Tahun VI 28 Januari-10 Februari 2008
- Sosok KH. Ridwan Abdullah

Rabu, 09 November 2011

12 Masjid Terindah di Dunia

1. Masjid Faisal , Islamabad, Pakistan 





 2. Sultan Mosque, Singapore 





3. Taj'ul Masjid, Bhopal, India 





4.  Omar Ali Saifuddin, Brunei





5. Masjid Al Nabawi, Madina, Saudi Arabia



6. Baiturrahman, Bandar Aceh, Indonesia 



7. Masjidil Haram, Mekah, Saudi Arabia






8. Masjid Zahir, Kedah, Malaysia


img


9.  Masjid Sultan Ahmet, Turki


img


10. Masjid Istiqlal, Jakarta, Indonesia


img


11. Masjid al- Akbar, Surabaya, Indonesia



12. Masjid Dian Al Mahri (Kubah Emas) , Depok, Indonesia 
[masjidkubahemasdianalmahrid.jpg]
- 12 Masjid Terindah di Dunia

Sabtu, 22 Oktober 2011

Download HP D2566 HP D2500

Hunting Driver gak ketemu2 ? Mungkin banyak diantara teman-teman yg mencari driver printer HP Deskjet D2566 atau Deskjet D2500. Hanya saja untuk mendapatkan driver HP D2566 dan D2500 ini masih kelihatan sulit, Blog Tambak Ilmu memberikan kemudahan dengan download langsung tanpa pakai lama, Mau ?? Silahkan download gratis
- Download HP D2566 HP D2500

Senin, 17 Oktober 2011

Download Psikotes Koran

Bila anda membutuhkan contoh soal Psikotes koran, yang sering diadakan sebagai seleksi untuk melamar kerja atau menjadi PNS, Silahkan download Psikotes koran ini FREE berbentuk PDF tanpa password DOWNLOAD HERE
- Download Psikotes Koran

Jumat, 14 Oktober 2011

Menumbuhkan Jenggot Kumis Cepat

Onci Keren Dengan Gaya Jenggot


Mungkin anda sering diejek teman dengan kata-kata waria atau bencong karena tidak ada bulu yang menghiasi kumis, alis, jenggot, jambang, dan bulu-bulu kaki, pasti jengkel donk, atau kamu menginginkan wajah yang lagi tren Artis dengan jenggot dan kumis yang tebal, kebayangkan betapa machonya km ? hehe.. Kebanyakan dari kalian (yang merasa laki-laki) ingin menumbuhkan rambut pada dagu/jenggot, Alis, Memperlebat rambut yang botak atau mempertebal rambut dibawah hidung kalian/kumis.

Sebenarnya ada cara yang cukup sederhana dan tradisional, yang tentunya tanpa adanya efek samping.


Setelah berobservasi ke orang2 yang dahulu (mbah,pakde,buyut,kakung) dan bertanya-tanya mengenai hal tersebut (cara menumbuhkan jenggot dan kumis) akhirnya saya mempunyai jawabannya.

Ternyata jawabannya adalah bumbu dapur KEMIRI.?ya… itu dia KEMIRI
Caranya adalah dengan membakar kemiri, selanjutnya nanti kemiri akan mengeluarkan minyak. Nah minyak dari kemiri itulah yang kita ambil dan oleskan pada bagian wajah kita yang ingin ditumbuhi rambut (di dagu dan di bawah hidung). 
Lakukanlah secara rutin dan berkala. Bisa dilakukan tiap kali menjelang tidur.
Jangan dipotong sampai rambut-rambut halus tumbuh banyak dulu, Setelah tumbuh banyak barulah dipotong. Ulangi terus menerus sampai bulu-bulu yang kamu inginkan tumbuh lebat dan tebal

Cukup mudah bukan…oh iya jangan sampai kamu oleskan pada seluruh bagian wajah kalian,ntar malah seperti kera sakti he.e…

Selamat Mencoba dan semoga berhasil dan menjadi lebih macho mirip artis Hollywod dan Bollywood mantep, hehe...
- Menumbuhkan Jenggot Kumis Cepat

Selasa, 11 Oktober 2011

Penutupan Pintu Belakang kampus IAIN Sunan Ampel membuat masalah baru



Penutupan pintu belakang IAIN akan membikin masalah baru atau bisa dibilang masalah yang lebih besar, kok bisa?  bagaimana tidak, dengan penutupan pintu belakang IAIN (pintu Dakwah) akses menuju kos-kosan, Pondok An-Nur, al-Jihad  (pintu Ushuludin) pondok Al-Husna, Warung Pak Oni, Warung Pak Ali akan ditempuh dengan perjalanan yang sangat jauh dan itu akan sangat menyulitkan mahasiwa menuju kampus IAIN, begitu juga Masyarakat yang ingin jum'atan atau mengikuti kegiatan lain di Masjid Ulul Albab juga akan berpikir dua kali karena harus menempuh jarak yang lebih jauh dari biasanya. Saya bisa merasakan bagaimana capeknya seandainya kekampus ditempu dengan jalan kaki, banyak juga mahasiswa baru yang mengeluh dengan kondisi ini dan tidak sedikitpula yang menagis pengen minta dibelikan motor ke Ortu mereka karena  itu akan cepat seandainya ditempuh dengan naik motor. kalau kita lihat letak dari IAIN Sendiri permukiman ada dibelakang kampus sedangkan didepan dan disamping  kampus adalah perkantoran dan pabrik,  Melihat fenomena ini seakan-akan pihak pihak kampus menginginkan mahasiswanya punya Motor semua,  kalaupun itu mau meniru kebijakan UIN atau kampus yang lain maka alasan ini DITOLAK karena letak tidaklah sama,
Mengingat dibelakang IAIN adalah pusat bisnis bagi warga sekitar dan mahasiwa maka, akan menimbulkan dampak baru yaitu matinya perekonomian warga sekitar dan mahasiswa-mahasiswa yang mencari penghasilan disana, karena dibelakang kampus IAIN adalah pusat bagi mahasiwa dan warga sekitar bisnis seperti Koskosan mahasiswa, warung kopi, rental-rental, Es Tebu, Foto copy. Maka disebabkan matinya merekonomian disana maka, pengangguran akan bertambah dan mahasiswa akan kehilangan pekerjaan sebagai biaya kuliah mereka, dan  apa yang terjadi setelah itu ??? putus kuliah, Mengingat mencari pekerjaan sekarang sulit, dan ini akan menimbulkan dampak-dampak yang lain, trus bagaimana solusinya???  
- Penutupan Pintu Belakang kampus IAIN Sunan Ampel membuat masalah baru

Rabu, 28 September 2011

Akhlak mulia yang dapat dipraktekkan setiap hari


Diantara akhlak mulia yang dapat dipraktekkan antara lain:
Memperbanyak senyum

Wajah yang penuh senyuman adalah akhlak Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam. Sahabat Jarir bin Abdillah Radhiallahu’anhu berkisah:

مَا حَجَبَنِي النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُنْذُ أَسْلَمْتُ، وَلاَ رَآنِي إِلَّا تَبَسَّمَ فِي وَجْهِي

“Sejak aku masuk Islam, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam tidak pernah menghindari aku jika aku ingin bertemu dengannya, dan tidak pernah aku melihat beliau kecuali beliau tersenyum padaku” (HR. Bukhari, no.6089).

Beliau juga memerintahkan hal tersebut kepada ummatnya. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

تبسمك في وجه أخيك لك صدقة

“Senyummu terhadap wajah saudaramu adalah sedekah” (HR. Tirmidzi 1956, ia berkata: “Hasan gharib”. Di-shahih-kan oleh Al Albani dalam Shahih At Targhib)

Bermuka cerah dan ramah

Tidak sepatutnya seorang muslim bermuka masam kepada saudaranya. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

لَا تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا، وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ

“Janganlah engkau meremehkan kebaikan sekecil apapun, walaupun itu berupa cerahnya wajahmu terhadap saudaramu” (HR. Muslim, no. 2626)

Berkata-kata yang baik dan sopan

Allah memerintahkan hamba-Nya berkata yang baik. Allah Ta’ala berfirman:

>وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا

“… dan ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia” (QS. Al Baqarah: 83)

Para da’i serta penuntut ilmu agama lebih ditekankan lagi untuk mampu berkata baik dan sopan. Allah Ta’ala juga berfirman:

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang shalih” (QS. Fushilat: 33)

Jika tidak mampu berkata baik, maka diam itu lebih baik. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلاَ يُؤْذِ جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, janganlah mengganggu tetangganya. Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, muliakanlah tamunya. Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, katakanlah yang baik atau diam” (HR. Bukhari 6018, Muslim 47)

Banyak memberi bantuan

Ketika berinteraksi dengan para kerabat, bersemangatlah memberikan bantuan-bantuan walaupun kecil, seperti menuangkan minuman pada orang-orang yang lebih tua, membukakan pintu, memarkirkan kendaraan, membawakan barang para tetamu, dll. Demikianlah akhlak seorang muslim. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

كُلُّ مَعْرُوفٍ صَدَقَةٌ، وَإِنَّ مِنَ المَعْرُوفِ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ، وَأَنْ تُفْرِغَ مِنْ دَلْوِكَ فِي إِنَاءِ أَخِيكَ

“Setiap perbuatan baik adalah sedekah. Dan diantara bentuk perbuatan baik itu adalah bermuka cerah kepada saudaramu, serta menuangkan air ke bejana saudaramu” (HR. Tirmidzi 1970, ia berkata: “hadits ini hasan shahih”)

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam juga bersabda

كُلُّ سُلاَمَى مِنَ النَّاسِ عَلَيْهِ صَدَقَةٌ، كُلَّ يَوْمٍ تَطْلُعُ فِيهِ الشَّمْسُ، يَعْدِلُ بَيْنَ الِاثْنَيْنِ صَدَقَةٌ، وَيُعِينُ الرَّجُلَ عَلَى دَابَّتِهِ فَيَحْمِلُ عَلَيْهَا، أَوْ يَرْفَعُ عَلَيْهَا مَتَاعَهُ صَدَقَةٌ

“Setiap persendian manusia diwajibkan untuk bersedakah setiap harinya dari mulai matahari terbit. Mendamaikan dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong seseorang naik ke atas kendaraannya atau mengangkat barang-barangnya ke atas kendaraannya adalah sedekah…” (HR. Bukhari 2989, Muslim 1009)

Bantuan-bantuan yang anda berikan kepada kerabat atau saudara anda itu akan menjadi sebab datangnya bantuan Allah untuk anda kelak. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

وَاللهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ

“Pertolongan Allah itu senantiasa diberikan kepada seorang hamba selama hamba tersebut memberikan pertolongan kepada saudaranya” (HR. Muslim, no. 2699)

Banyak bersedekah

Keluarga dan kerabat adalah orang yang lebih utama daripada yang lain untuk mendapatkan sedekah anda. Terutama bila diantara kerabat anda ada yang tergolong kurang mampu. Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat … “ (QS. An Nahl: 90)

Orang yang bersedekah akan dilipat-gandakan pahalanya. Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّ الْمُصَّدِّقِينَ وَالْمُصَّدِّقَاتِ وَأَقْرَضُوا اللَّهَ قَرْضاً حَسَناً يُضَاعَفُ لَهُمْ وَلَهُمْ أَجْرٌ كَرِيمٌ

“Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipat-gandakan (ganjarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak.” (Qs. Al Hadid: 18)

Sedekah juga bisa menghapus dosa-dosa anda. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

والصدقة تطفىء الخطيئة كما تطفىء الماء النار

“Sedekah dapat menghapus dosa sebagaimana air memadamkan api.” (HR. Tirmidzi, di shahihkan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi, 614)

Bersalaman

Ketika bertemu dengan kerabat, sambutlah ia dengan jabatan erat tangan anda. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا مِنْ مُسْلِمَيْنِ يَلْتَقِيَانِ فَيَتَصَافَحَانِ إِلاَّ غُفِرَ لَهُمَا قَبْلَ أَنْ يَتَفَرَّقَاَ

“Tidaklah dua orang muslim yang bertemu lalu berjabat tangan, melainkan dosa keduanya sudah diampuni sebelum mereka berpisah” (HR. Abu Dawud no. 5.212 dan at-Tirmidzi no. 2.727, dishahihkan oleh al-Albani)

Namun perlu menjadi catatan, anda tidak diperkenankan berjabat tangan dengan wanita yang bukan mahram anda, walaupun ia termasuk kerabat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَأَنْ يُطْعَنُ فِيْ رَأْسِ أَحَدِكُمْ بِمِخْيَطٍ مِنْ حَدِيْدٍ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَمَسَّ امْرَأَةً لاَ تَحِلُّ لَهُ

“Andai kepala salah seorang dari kalian ditusuk dengan jarum besi, itu masih lebih baik daripada ia menyentuh wanita yang tidak halal baginya”. (HR. Baihaqi dalam Syu’abul Iman no. 4544, dishahihkan oleh Al Albani dalam Ash-Shahihah no. 226)

Anda bisa memberikan anggukan, senyuman atau isyarat lain yang bisa menggantikan fungsi jabat tangan menurut adat di tempat anda.

Tawadhu’ dan tidak pamer kekayaan

Ketika berkumpul di tengah banyak orang, seringkali hati kita mengajak untuk pamer harta dan kelebihan yang ia miliki. Ini adalah sifat yang tercela. Allah Ta’ala berfirman:

أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ

“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur, Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu)” (QS. At Takatsur 1-3)

Sebaliknya, seorang muslim itu hendaknya bersikap tawadhu’ (rendah hati). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ

“Sedekah tidak akan mengurangi harta seseorang. Allah akan menambahkan kewibawaan seseorang hamba yang pemaaf. Tidaklah seorang hamba itu bersikap tawadhu kecuali Allah akan tinggikan ia” (HR. Muslim, no.2588)

Sifat suka pamer, sombong dan tidak tawadhu itu akan menumbuhkan kedengkian, persaingan dan bahkan kezhaliman. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَإِنَّ اللَّهَ أَوْحَى إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّى لَا يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ وَلَا يَبْغِ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ

“Sungguh Allah mewahyukan kepadaku agar kalian saling merendah diri agar tidak ada seorang pun yang berbangga diri pada yang lain dan agar tidak seorang pun berlaku zhalim pada yang lain” (HR. Muslim no. 2865)” (HR. Muslim no. 2865)

Memperbanyak salam

Menebar salam lebih baik dari sapaan-sapaan gaul atau pun greets ala barat. Karena saling mengucapkan salam akan menumbuhkan kecintaan terhadap hati sesama muslim serta dengan sendirinya membuat suasana Islami di tengah kerabat dan keluarga anda. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لا تدخلون الجنة حتى تؤمنوا. ولا تؤمنوا حتى تحابوا أولا أدلكم على شيء إذا فعلتموه تحاببتم ؟ أفشوا السلام بينكم

“Tidak akan masuk surga hingga kalian beriman. Dan kalian tidak dikatakan beriman hingga kalian saling mencintai. Maukah aku tunjukkan sesuatu yang jika dilakukan akan membuat kalian saling mencintai? Sebarkan salam diantara kalian” (HR. Muslim, no.54)

Sesekali bercanda untuk mencairkan suasana

Bercanda untuk mencairkan suasana agar timbul kedekatan dan terikatnya silaturahim adalah hal yang dianjurkan. Selama bercanda ini tidak dijadikan kebiasaan atau terlalu sering dilakukan. Bahkan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pun terkadang bercanda. Sahabat Anas ibnu Malik berkisah,

جاء رجل إلى النبي صلى الله عليه وسلم يستحمله فقال أنا حاملك على ولد ناقة قال يا رسول الله وما أصنع بولد ناقة فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم وهل تلد الإبل إلا النوق

“Seseorang datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam meminta beliau memboncengnya, lalu Nabi berkata, ‘Saya akan menaikkanmu di atas anak unta betina!’ (padahal yang dimaksud adalah unta dewasa). Orang itu berkata, ‘Wahai Rasulullah! Apa yang dapat saya lakukan terhadap anak unta betina?’ Rasulullah menjawab,’Bukankah setiap unta yang dilahirkan itu disebut anak unta?’ (HR. Abu Daud no.4998, di-shahih-kan Al Albani dalam Shahih Abi Daud)

Diriwayatkan dari Abu Hurairah, ia berkata:

قالوا : يا رسول الله إنك تداعبنا قال إني لا أقول إلا حقا

“Para sahabat berkata: ‘Wahai Rasulullah! Sungguh engkau terkadang mencandai kami’. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pun bersabda, “Sungguh aku tidak akan berkata kecuali kebenaran” (HR. Tirmidzi, no.1990, ia berkata: “Hasan shahih”)

Dari Bakr bin Abdillah, ia berkata,

انَ أَصْحَابُ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَبَادَحُونَ بِالْبِطِّيخِ، فَإِذَا كَانَتِ الْحَقَائِقُ كَانُوا هُمُ الرِّجَالَ

“Para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah saling melempar kulit semangka, padahal mereka adalah sebenarnya mereka adalah orang-orang terhormat” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad 226, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Adabil Mufrad)

Mendahulukan orang lain dalam perkara non-ibadah

Kita diperintahkan untuk berlomba-lomba untuk dalam perkara ibadah dan kebaikan akhirat, namun dalam perkara duniawi, keuntungan dunia, kesenangan dunia, yang lebih utama adalah mendahulukan orang lain dan membiarkan orang lain menikmatinya lebih dahulu daripada kita. Allah Ta’ala memuji kaum Anshar:

وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

“mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung” (QS. Al Hasyr: 9)

Jika anda menyukai untuk mendapatkan sesuatu yang bagus, dan anda juga senang bila saudara anda semuslim bisa mendapatkannya, itulah salah satu tanda keimanan anda. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لا يؤمن أحدكم حتى يحب لأخيه ما يحب لنفسه

“Tidak beriman seseorang hingga mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya” (HR. Bukhari no.13, Muslim no.45)

Memuliakan tamu

Ketika anda dikunjungi kerabat, anda sebagai tuan rumah hendaknya memuliakan mereka yang berstatus sebagai tamu. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلاَ يُؤْذِ جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, janganlah mengganggu tetangganya. Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, muliakanlah tamunya. Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, katakanlah yang baik atau diam” (HR. Bukhari 6018, Muslim 47)

Menjaga pandangan

Terkadang ada sebagian kerabat atau keluarga kita yang tidak menutup auratnya dengan baik atau membawa hal-hal yang tidak sepatutnya dilihat. Allah Ta’ala memerintahkan kaum lelaki yang beriman untuk menjaga pandangan mereka dari yang haram:

قُل لِّلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ

“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat“. (QS. An Nuur: 30)

Kepada kaum wanita yang beriman, selain diperintahkan juga untuk menjaga pandangan juga diperintahkan untuk memakai busana muslimah yang syar’i agar kaum lekaki bisa menjaga pandangan mereka. Allah Ta’ala berfirman:

وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ آبَائِهِنَّ أَوْ آبَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَائِهِنَّ أَوْ أَبْنَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي أَخَوَاتِهِنَّ أَوْ نِسَائِهِنَّ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُنَّ أَوِ التَّابِعِينَ غَيْرِ أُولِي الْإِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا عَلَى عَوْرَاتِ النِّسَاءِ وَلَا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِنْ زِينَتِهِنَّ وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung” (QS. An Nuur: 31)

Saling menasehati dalam kebaikan

Ketika bertemu dengan keluarga dan kerabat, itu adalah kesempatan emas untuk mendakwahkan mereka kepada agama yang benar sesuai dengan Al Qur’an, sunnah serta pemahaman para salaf. Jangan buang kesempatan ini, walaupun itu sekedar memberikan majalah, memberikan info channel radio sunnah, website sunnah, menghadiahkan jilbab yang lebar, mengajak shalat, mengajak berzakat atau semacamnya. Karena Islam adalah agama nasehat, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

الدين النصيحة قلنا : لمن ؟ قال : لله ولكتابه ولرسوله ولأئمة المسلمين وعامتهم

“Agama adalah nasehat”. Para sahabat bertanya: “Untuk siapa?”. Beliau menjawab: “Untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, para imam kaum muslimin dan umat muslim seluruhnya” (HR. Muslim, 55)

Ilmu yang anda sampaikan sekecil apapun akan menjadi amal jariyah anda yang terus mengalir kelak jika orang yang dakwahkan senantiasa mengamalkan dan mendakwakannya lagi kepada orang lain. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

إذا مات الإنسان انقطع عمله إلا من ثلاث صدقة جارية أو علم ينتفع به أو ولد صالح يدعو له

“Jika seorang manusia mati, terputuslah semua amalnya kecuali tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakannya” (HR. Muslim no.1631)

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam juga bersabda:

من دل على خير كان له مثل أجر فاعله

“Barangsiapa menunjukkan kepada suatu kebaikan, ia akan mendapatkan pahala orang yang melakukannya” (HR. Muslim no.1893)

Demikianlah beberapa akhlak mulia yang bisa anda praktekan ketika momen lebaran. Semoga Allah menolong kita untuk dapat menerapkan akhlak mulia ini sehingga menjadi hamba-Nya yang sempurna imannya. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam juga bersabda:

أكمل المؤمنين إيمانا أحسنهم خلقا

“Orang beriman yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaq-nya” (HR. Tirmidzi no.1162, ia berkata: “Hasan shahih”)
- Akhlak mulia yang dapat dipraktekkan setiap hari

Senin, 26 September 2011

SEJARAH NU (Nahdlatul Ulama)

Republika, 24 Maret 2010

PERJALANAN NU
31 Januari 1926
Komite Hejaz bertemu di Lawang Agung, Ampel, Surabaya dan sepakat mendirikan Jam’iyah Nahdlatul Ulama dengan rais akbar pertama KH. Hasyim Asy’arie.
Tahun 1937
NU membidani kelahiran Al Majlisul Islamy al A’la Indonesia (MIAI) yang merangkum berbagai ormas Islam)
24 Oktober 1943
MIAI akhirnya menjadi Majelis Syura Muslimin Indonesia (Masyumi) dengan Wahid Hasyim menjadi ketua.
07 Nopember 1945
Melalui kongres di Yogyakarta, Masyumi menjadi partai politik umat Islam satu-satunya. NU kemudian mengeluarkan fatwa jihad untuk pertempuran Surabaya melawan Inggris.
28 April – 1 Mei 1952
Muktamar NU di Palembang memutuskan NU keluar dari Masyumi
Tahun 1953
NU memproklamirkan diri sebagai partai politik
Tahun 1955
Dalam pemilu pertama, partai NU meraup suara terbesar ke tiga dari 29 partai peserta pemilu dengan 18,4 % suara
Tahun 1966
NU terlibat dalam pemberantasan PKI
Tahun 1971
Dalam pemilu pertama masa orde baru, partai NU memperoleh suara terbesar ke dua setelah Golkar.
Tahun 1979
Dalam Muktamar NU ke 26 di Semarang, muncul gagasan kembali ke khittah 1926 untuk melepaskan NU dari politik praktis
Tahun 1984
Muktamar ke NU 27 di Situbondo memutuskan kembali ke khittah 1926 dan keluar dari arena politik praktis. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) terpilih sebagai ketua umum PBNU.
Tahun 1994
Gus Dur terpilih kembali menjadi ketua umum PBNU untuk ke tiga kalinya.
23 Juli 1998
PKB menjadi wadah politik kaum Nahdliyin
Mei – September 2004
KH. Hasyim Muzadi yang terpilih menjadi Ketua Umum PBNU pada Muktamar Kediri 1999 maju sebagai wakil presiden mendampingi Megawati Soekarnoputri dalam pemilihan presiden
====================================================
PRA PEMBENTUKAN JAM’IYAH NU DAN GERAKAN PEMBAHARUAN ISLAM

Gerakan pembaharuan adalah gerakan yang mengajak kembali kepada al-qur’an dan sunnah tanpa berpegang kepada madzhab dan membuat madzhab/ijtihad sendiri-sendiri. Gerakan ini bermula di Saudi Arabia yang dipelopori oleh Abdul Wahab dan di Mesir oleh Muhamad Abduh dan Rasyid Ridha sebagai muridnya. Gerakan ini di respon positif di Indonesia dengan berdirinya Muhammadiyah.

Di Cirebon, Jawa Barat pada tahun 1921, diadakanlah Kongres Islam, dalam Kongres yang berlangsung tanggal 31 Oktober – 2 Nopember 1922 dibawah pimpinan Cokroaminoto dan Agus Salim tersebut muncul perdebatan yang cukup sengit. Perdebatan itu terjadi antara ULAMA TRADISIONAL yang diwakili oleh KH. Raden Asnawi dan KH. Abdul Wahab Chasbullah dengan kalangan MUHAMMADIYAH dan AL-IRSYAD yang diwakili oleh KH. A. Dahlan dan Ahmad Surkati. Perdebatan tersebut berkisar antara menganut madzhab atau tidak menganut madzhab. KALANGAN TRADISIONAL MENGANGGAP Muhammadiyah mau membuat madzhab baru dan seenaknya menafsirkan al-qur’an dan sunnah tanpa merujuk kepada madzhab para ulama terdahulu, sementara MUHAMMADIYAH MENGANGGAP kalangan tradisional yang berpegang kepada madzhab sebagai penyebab bekunya gerakan (pembaharuan) Islam.

Sejak itu interaksi antara kalangan tradisional yang berpusat di pesantren dan kalangan Muhammadiyah (kalangan pembaharu) kurang harmonis.
Sementara itu pada tahun 1923 di Semenanjung Arab terjadi pertempuran sengit antara pasukan Ibnu Sa’ud yang mengikuti faham wahabi melawan pasukan Syarif Husen sebagai khalifah kaum Muslimin seluruh dunia, mereka khawatir jika Ibn Sa’ud memaksakan faham yang ia anut dan memburu kaum pembaharu yang sedang melakukan propaganda di Indonesia.

Kemudian pada tanggal 25 Desember 1924 diadakanlah kongres Islam luar biasa yang membicarakan tentang pengiriman wakil Indonesia ke KONGRES KHILAFAH SE DUNIA yang akan diadakan di Kairo pada bulan Maret 1925, yang kemudian disusul dengan KONGRES ISLAM CENTRAL COMITE KHILAFAH di Yogyakarta pada awal tahun 1925, kemudian dalam kongres tersebut kalangan ulama tradisional yang diwakili oleh KH. Abdul Wahab Chasbullah mengusulkan agar delegasi yang dikirim ke kongres sedunia tersebut mendesak raja Ibnu Sa’ud supaya memberlakukan kebebasan bermadzhab di tanah Hijaz, namun usul tersebut tidak di respon oleh para anggota kongres yang sebagian besar kaum pembaharu.

Atas tidak diresponnya usul KH. Abdul Wahab Chasbullah, akhirnya KH. Abdul Wahab Chasbullah dan KH. Raden Asnawi yang mewaakili kalangan ulama trasdisional tersebut membuat KOMITE HIJAZ. Kemudian pada tanggal 31 Januari 1926, Komite Hijaz mengundang ulama se Jawa dan Madura untuk melakukan muktamar di Surabaya yang memutuskan :
1. Mengirim utusan menemui raja Sa’ud untuk meminta kepadanya agar memberikan kebebasan bermadzhab dengan cara agar hukum menurut empat madzhab (Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hambali) di tanah Hijaz tetap diberlakukan dan dilindungi serta, tidak memaksakan faham wahabinya.
2. Oleh karena saat itu para ulama merasa bingung atas nama apa dan siapa mereka mengutus delegasi, maka KH. Mas Alwi menguslkan saat itu juga agar utusan itu berbicara atas nama jam’iyah Nahdlatul Ulama, dan usulnya disetujui oleh para mu’tamirin. Dan saat itulah berdirinya organisasi NU.
Kemudian delegasi yang diutus ke Hijaz, Makkah untuk menghadiri kongres Islam dan menemui raja Sa’ud yang di pimpin oleh Syekh Ghanaim dari Mesir, telah berhasil sukses membawa misi-misi komite Hijaz tersebut.

Kesimpulan :

A. Dari uraian-uraian di atas dapat ditarik benang merah dengan cara memecah-mecah kelompok kepentingan, yaitu :

1. Kelompok gerakan pembaharuan yang dipelopori oleh Abdul Wahab (Saudi Arabia), Muhammad Abduh dan Rasyid Ridho (Mesir), Muhammadiyah yang dipimpin oleh KH. Ahmad Dahlan (Indonesia) dan Al-Irsyad yang di pimpin oleh Ahmad Sukarti (Indonesia). = Kelompok-kelompok yang tidak bermadzhab dan menjadikan ijtihad yang menjadi madzhab bagi dirinya dalam memahami al-qur’an dan sunnah.
2. Kelompok Wahabi yang diwakili oleh raja Sa’ud = kelompok yang akan memaksakan faham / madzhab wahabi dalam memahami al-qur’an dan sunnah
3. Kelompok ulama tradisional yang membentuk komite Hijaz dan mendiririkan organisasi Nahdlatul Ulama (NU) yang diwakili oleh KH. Raden Asnawi, KH. Abdul Wahab Chasbullah dll. = kelompok yang menekankan perlunya bermadzhab terutama terhadap madzhab empat (Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hambali) sebagaimana yang telah diakui dan diterapkan di Indonesia dan saat ini pemikiran kelompok ini mengalami kemajuan yang jauh lebih pesat meninggalkan pemikiran-pemikiran kelompok-kelompok gerakan pembaharu.
4. Kelompok Syarief Husen khalifah kaum muslimin = ……?

B. Bahwa, dengan berhasilnya misi-misi komite Hijaz yang dibentuk oleh para pendiri Nahdlatul Ulama, pertempuran-pertempuran sengit yang terjadi di Timur tengah dapat diatasi dan hukum menurut empat madzhab (Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hambali) dapat diberlakukan, di lindungi dan dibebebaskan di wilayah kekuasaan raja Sa’ud di tanah Hijaz dan tidak memaksakan faham wahabinya.

SEJARAH PEMBENTUKAN JAM'IYAH NU DAN KEPENGURUSANNYA

Saat terjadi pergolakan di Timur Tengah mengenai "perselisihan antara menganut faham islam bermadzhab dan tidak bermadzhab" yang ditandai dengan munculnya khilafat baik di Turki maupun di Saudi Arabia, yang sangat berpengaruh terhadap akidah ahlus sunnah wal jama'ah, umat Islam Indonesia membentuk komite Hijaz untuk menghadiri undangan raja Sa'ud dalam acara kongres Islam.

Dinamakan komite Hijaz karena komite ini dibentuk untuk menghadiri kongres islam di Hijaz, Makkah untuk meredam pergolakan tersebut. Komite Hijaz sendiri dibentuk atas inisiatif KH. Abdul Wahab Chasbullah yang kepemimpinannya diambil dari pengurus2 forum tashwirul afkar, nahdlatul wathan dan syubbanul wathan yang kesemuanya dibentuk oleh beliau.

Komite Hijaz tersebut dipimpin oleh KH. Bisri Syansuri dari Denanyar, Jombang, KH. Ridwan dari Semarang, KH. Raden Asnawi dari Kudus, KH. Nawai dari Pasuruan, KH. Nahrawi dari Malang, KH. Alwi Abd. Aziz dari Surabaya, kemudian kiai2 tersebut berkumpul di surabaya pada tanggal 31 Januari 1926 dan memutuskan :
1. Memimpin delegasi ke kongres dunia islam demi memperjuangkan kepada raja Ibnu Sa'ud agar hukum menurut empat madzhab (Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hambali) mendapat perlindungan dan kebebasan di wilayah kekuasaannya.
2. Membentuk suatu jam'iyah bernama Nahdlatul Ulama (kebangkitan Para Ulama) yang berjuang menegakan syari'at Islam yang berhaluan salah satu dari empat madzhab.

Untuk sementara kepengurusan syuriah dan tanfidziah dipercayakan kepada KH. Alwi Abdul Aziz dari Surabaya, sementara delegasi ke Makkah untuk menghadiri kongres Islam di pimpin oleh Syekh Ghanaim telah berhasil sukses membawa misi komite Hijaz tersebut.

Kemudian untuk kepengurusan NU, KH. Abdul Wahab Chasbullah tidak bersedia menduduki jabatan rais akbar sebagai pucuk pimpinan di NU dan beliau menyerahkan jabatan itu kepada KH. Hasyim Asy'ari sebagai gurunya dan wakilnya KH. Ahmad Dahlan dari Surabaya, sementara ketua tanfidziah dipercayakan kepada H. Hasan Gipo, dan KH. Abdul Wahab Chasbullah merasa cukup sebagai katib aam syuriyah.
(diambil dari buku berjudul 99 Kiai Kharismatik Indonesia, Buku Kedua, Cetakan ke II, Penerbit Kutub, Yogyakarta dengan pengarang KH. A. Aziz Masyhuri, Jombang)
====================================================

KH. ABDUL WAHAB CHASBULLAH
KETURUNAN JOKO TINGKIR :

Kiai Whab Chasbullah lahir dari pasangan Chasbullah dan Nyi Latifah, pada bulan Maret 1888 di Tambak Beras, Jombang. Keluarga kiai Chasbullah, pengasuh pondok Tambak Beras, masih mempunyai hubungan kekerabatan dengan orang yang paling masyhur di abad ke 20 yang sama dari jombang, yaitu KH. Hasyim Asy’ari dan Kiai Sichah yang juga leluhur kiai KH. Hasyim Asy’ari. Nasab keduanya bertemu dalam satu keturunan dengan kiai Abdussalam. Konon jika diurut dari atas, nasab keluarga ini akan bermuara pada Lembu Peteng, salah seorang raja di Majapahit.

LAHIR DAN BESAR DI PONDOK PESANTREN :

Memasuki usianya yang ke tujuh tahun, Abdul Wahab mulai mendapatkan pelajaran agama secara intensif. Selama enam tahun awal pendidikannya, ia di didik langsung oleh ayahnya, dengan demikian Abdul Wahab menyelami pesantren sejak dini.
Selama kurang lebih 20 tahun, secara intensif ia menggali pengetahuan keagamaan di beberapa pesantren. Diantara pesantren yang pernah disinggahinya adalah pesantren Langitan Tuban, pesantren Mojosari Nganjuk, pesantren Cempaka, pesantren Tawangsari sepanjang, pesantren Kademangan Bangkalan Madura, pesantren Branggahan Kdiri, dan pesantren Tebuireng Jombang dibawah pimpinan KH. Hasyim Asy’ari. Selama 4 tahun ia menjadi lurah pondok, sebuah jabatan tertinggi yang dapat dicapai oleh seorang santri dalam sebuah pesantren.

MENIKAH :

Pada tahun 1914, Abdul Wahab Chasbullah menikah dengan puteri kiai Musa yang bernama Maimunah, sejak itu ia tinggal bersama mertua di kampong Kertopaten, Surabaya.

Sepeninggal isteri pertamanya di Makkah sewaktu menjalankan ibadah haji tahun 1921, KH. Abdul Wahab Chasbullah memperisteri Alawiyah, puteri Kiai Alwi. Setelah memperoleh seorang putera, isteri ke duanya ini pun meninggal. Setelah itu KH. Abdul Wahab Chasbullah pernah tiga kali menikah tetapi tidak berlangsung lama dan tidak dikaruniai anak, kemudian kawin lagi dengan Asnah, puteri kiai Sa’id, pedagang dari Surabaya dan memperoleh empat orang anak diantaranya KH. Najib Abdul Wahab yang selanjutnya mengasuh pesantren Tambak Beras.

Setelah Asnah meninggal, kiai Wahab menikah dengan Fatimah, anak H. Burhan tetapi tidak memperoleh keturunan tetapi memperoleh anak tiri, diantaranya KH. A. Sajichu. Setelah itu KH. Abdul Wahab Chasbullah menikah dengan Ashikhah, anak KH. Abdul Madjid Bangil, yang meninggal setelah beribadah haji dan memperoleh empat orang anak. Terakhir kiai KH. Abdul Wahab Chasbullah memperisteri Sa’diyah, kakak Ashikhah, sampai akhir hayatnya pada tahun 1971 dan memperoleh lima anak.

PENDIRI SERIKAT ISLAM DI MAKKAH :

Setelah menjalani perjalanan intelektualnya, hamper sepenuh hidupnya dihabiskan di dunia pesantren. Maka pada usia 27 tahun KH. Abdul Wahab Chasbullah kemudian memperdalam pengetahuan keagamaannya di Makkah selama kurang lebih lima tahun. Di Makkah ia beremu dengan ulama terkemuka dan kemudian berguru kepadanya, diantaranya kiai Mahfudz dari Termas, kiai Muchtarom dari Banyumas, Syekh Ahmad Khatib dari Minagkabau, Syekh Sa’id Al-Yamami dan Syekh Ahmad Abu Bakri Saha. Di sana beliau tidak hanya sibuk dengan kegiatan belajar, namun juga terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan organisasi. Bahkan beliau bersama Abbas dari Jember, Asnawi dari Kudus dan Dahlan dari Kertosono yang mempelopori berdirinya Syarikat Islam (SI) cabang Makkah.

Dengan rangkaian perjalanan intelektual yang demikian panjang, tidak mengherankan apabila pada usia 34 tahun KH. Abdul Wahab Chasbullah telah menjadi pemuda yang menguasai berbagai disiplin ilmu keagamaan, seperti ilmu tafsir, hadits, fiqih, akidah, tasawuf, nahwu shharaf, ma’ani, manthiq, arudl dan ilmu hadlarah dari cabang ilmu diskusi dan retorika.

MENDIRIKAN TASHWIRUL AFKAR :

Akhirnya bersama kiai mas Mansur, kawan mengaji di Makkah, ia membentuk kelompok diskusi tashwirul afkar (pergolakan pemikiran) di sdurabaya pada tahun 1914. Mula-mula kelompok ini mengadakan kegiatan dengan peserta yang terbatas. Tetapi berkat prinsip kebebasan berfikir dan berpendapat yang diterapkan dan topic-topik yang dibicarakan mempunyai jangkauan kemasyarakatan yang luas, dalam waktu singkat kelompok ini sangat popular dan menarik perhatian di kalangan pemuda. Banyak tokoh islam dari berbagai kalangan bertemu dalam forum ini untuk mendebatkan dan memecahkan permasalahan pelik yang dianggap penting.
Tashwirul afkar tidak hanya menghimpun kaum ulama pesantren, ia juga menjadi ajang komunikasi dan forum saling tukar informasi antar tokoh nasionalis sekaligus jembatan komunikasi antara generasi muda dengan generasi tua. Dari posnya di Surabanya, kelompok ini menjalar sampai ke seluruh kota di Jawa Timur. Bahkan gaungnya sampai ke daerah lain seluruh Jawa. Kelompok ini tidak hanya mendiskusikan masalah-masalah kemasyarakatan yang muncul, tetapi juga menggalang kaum intelektual dari tokoh-tokoh pergerakan. Jelas pemrakarsanya memasukan unsur-unsur kekuatan politik untuk menentang penjajah. Karena sifat rekrutmennya yang lebih mementingkan progresifitas berpikir dan bertindak, maka jelas kelompok diskusi ini juga menjadi forum pengkaderan bagi kaum muda yang gandrung pada pemikiran keilmuan dan dunia politik.

Bersama dengan itu, dari rumahnya di Kertopaten, Surabaya, KH. Abdul Wahab Chasbullah masih bersama kiai mas Mansur menghimpun sejumlah ulama dalam organisasi Nahdlatul Wathan (kebangkitan Tanah Air) yang telah memperoleh kedudukan badan hukumnya pada tahun 1916. Dari organisasi inilah KH. Abdul Wahab Chasbullah mendapat kepercayaan dan dukungan penuh dari ulama pesantren yang kurang lebih sealiran dengannya. Diantara ulama yang berhimpun itu adalah Kiai N. Alwi Abdul Aziz, kiai Ma’shum dan kiai Kholil dari Lasem.

MENDIRIKAN NAHDLATUL WATHAN :

Tampilnya nahdlatul wathan sebagai lembaga pendidikan dalam rangka menindaklanjuti rekomendasi Tashwirul Afkar antara lain telah membuka jalur pendidikan sebagai jalur rekrutmen dan sosialisasi pilitik dalam membangkitkan kesadaran nasional.
Sebagai lembaga pendidikan, Nahdlatul Wathan dibawah pimpinan KH. Abdul Wahab Chasbullah telah berhasil mendirikan sekolah-sekolah di berbagai daerah du Jawa timur, antara lain :
- Madrasah Ahloel Wathan di Wonokromo,
- Madrasah Farol Wathan di Gresik,
- Madrasah Hidayatul Wathan di Jombang dan
- Madrasah Khitabatul Wathan di Surabaya.

KH. Abdul Wahab Chasbullah juga mempunyai perhatian khusus terhadap para pemuda. Untuk itu, KH. Abdul Wahab Chasbullah mengumpulkan beberapa orang pemuda SYUBBANUL WATHAN (pemuda tanah air) pada tahun 1924. Organisasi ini kemudian menjadi cikal bakal Gerakan Pemuda Anshar yang lahir pada tahun 1934. Dikalangan pemudanya disediakan wadah syubbanul wathan (pemuda tanah air) yang di dalamnya antara lain ada nama Abdul Ubaid. Dalam kelopok inilah KH. Abdul Wahab Chasbullah mulai memimpin dan menggerakan perjuangan pemikiran berdasarkan keagamaan dan nasionalisme, saying sekali hanya karena perbedaan khilafiyah saja, duet KH. Abdul Wahab Chasbullah dan mas Mansur harus retak dan kemudian berpisah. Jika tidak, mungkin perkembangan sejarah ormas Islam atau lebih besar lagi umat islam Indonesia akan berbicara lain.

Perbedaan pandangan dengan mas Mansur tidak menjadikan KH. Abdul Wahab Chasbullah mundur diri dari penggalangan pemikiran dikalangan pemuda saat itu. Jiwanya yang bebas dan selalu ingin mencari penyelesaian masalah menjadikan ia terus melakukan kontak dengan tokoh-tokoh pergerakan dan tokoh-tokoh keagamaan lainnya. Dengan pendiri Al-Irsyad, Syeh Ahmad Surkati di Surabaya, misalnya KH. Abdul Wahab Chasbullah tidak segan-segan melakukan diskusi mengenai masalah keagamaan. Sedangkan KH. Abdul Wahab Chasbullah dengan tokoh pendiri Muhammadiyah yaitu Kiai Ahmad Dahlan sering bertandang ke Yogyakarta untuk bertukar pikiran dengannya.
Akan tetapi juga tidak bisa dihindari, karena terjadinya gerakan kepentingan dan makin menajamnya perselisihan paham keagamaan antar tokoh agama, timbul polarisasi yang ttajam di kalangan mereka, mesti tidak sampai mengorbankan kepentingan yang lebih besar, yaitu cita-cita kemerdekaan bangsa Indonesia. Kiai mas Mansur misalnya harus kembali ke organisasi Muhammadiyah dan KH. Abdul Wahab Chasbullah terus melanjutkan penggalangan solidaritas ulama dalam forum tersebut.
- SEJARAH NU (Nahdlatul Ulama)