Kamis, 15 September 2011

Doa ba'da Shalat II

اِ ٰلـهِ الْكَرِيْمِ وَاَنْتَ الْكَرِيْمِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ فِى اْلاَوَّلِيْنَ وَاْلاٰخِرِيْنَ. وَسَلِّمْ وَرَضِيَ الله ُتَبَارَكَ وَتَعَالىٰٰ عَنْ سَادَاتِنَا اَصْحَابِ سَيِّدِنَا رَسُوْلِ اللهِ اَجْمَعِيْنِ.
بِسْمِ اللهِ الرَّ حْمٰنِ الرَّحِيْمِ اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. حَمْدًا يُوَافِى نِعْمَهُ وَيُدَافِعُ نِقَمَهُ وَيُكَافِىءُ مَزِيْدَهُ. يَارَبَّنَا لَكَ اْلحَمْدُ وَلَكَ الْمُلْكُ وَلَكَ الشُّكْرُوَلَكَ الرِّضَاكَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلاَلِ وَجْهِكَ اْلكَرِيْمِ وَعَظِيْمِ سُلْطَا نِكْ. اَللّهُمَّ صَلِى وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. صَلاَةً تُنْجِيْنَا بِهَا مِنْ جَمِيْعِ اْلاَهْوَالِ وَاْلاَفَاتْ. وَتَقْضِيْ لَنَا بِهَا جَمِيْعِ اْلحَاجَاتْ وَتُطَهِّرْنَا مِنْ جَمِيْعِ السَّيِّئَآتِ وَتَرْفَعُنَا بِهَا عِنْدَكَ اَعْلَى الدَّرَجَاتْ وَتُبَلِّغُنَا بِهَا اَقْصَى اْلغَايَاتِ مِنْ جَمِيْعِ اْلخَيْرَاتِ فِى الْحَيَاةِ وَبَعْدَ الْمَمَاتِ. اِنَّهُ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ يَاقَاضِيَ اْلحَاجَاتْ. اَللّهُمَّ اغْفِرْلِيْ {لَنَا} ذُنُوْبِيْ {بَنَا} وَلِوَالِدَيَّ {لِدِيْنَا} وَاَرْحُمْهُمَا {هُمْ} كَمَارَبَّيَانِيْ {رَبَّوْنَا} صَغِيْرًا {صِغَارًا} وَلِجَمِيْعِ الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِناَتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اَلْأََحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتْ. اَللَّهُمَّ يَامُيَسِّرُ يَسِّرْ وَيَامُدَبِّرُ دَبِّرْ وَيَا مُسَهِّلُ سَهِّلْ. سَهِّلْ عَلَيْنَا كُلُّ عَسِيْرٍ بِجَاهِ الْبَشِيْرِ النَّذِيْرُ. اَللّهُمَّ اهْدِنَا وَوَفِقْنَا اِلَى الْحَقِّ وَاِلىٰ طَرِيْقٍ مُسْتَقِيْمِ وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ وَتَوَفَّنا َمُسْلِمِيْنَ وَالْحِقْنَا بِالصَّالِحِيْنَ بِرَحْمَتِكَ يَااَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ اَعِنِّيْ {نَا} عَلىٰ ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ. {3×}
اَللَّهُمَّ ياَغَنِيُّ ياَحَمِيْدُ ياَمُبْدِئُ يَامُعِيْدُ يَارَحِيْمُ يَاوَدُوْدُ أَغْنِنِيْ بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَبِطَاعَتِيْكَ عَنْ مَعْصِيَّتِكَ وَبِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ.{3×}
اَللَّهُمَّ اِنِّيْ {نَا} اَعُوْذُبِكَ {نَعُوْذُبِكَ} مِنَ الْهَمِّ وَالْحَزَتِ وَاَعُوْذُبِكَ {وَنَعُوْذُبِكَ} مِنَ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَاَعُوْذُبِكَ {وَنَعُوْذُبِكَ} مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالْ. اَللَّهُمَّ اَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ اَمْرِنَا وَاَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِِيْ فِيْهَا مَعَا شُنَا. وَاَصْلِحْ لَنَا اٰخِرَتَنَا الَّتِيْ اِلَيْهَا مَعَا دُنَا. اَللّهُمَّ اجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِيْ كُلِّ خَيْرُ. وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ بِرَحْمَتِكَ يَااَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. اَللّهُمَّ اجْعَلْنَا وَاَوْلاَدِنَا مِنْ اَهْلِ الْعِلْمِ وَالْخَيْرُ. وَلاَ تَجْعَلْنَا وَاَوْلاَدِنَا مِنْ اَهْلِ الشَّرِّ وَالضَّيْرِ. رَبَّنَاهَبْ لَنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةً اَعْيُنٍ. وَجَعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا. رَبَنَا لاَتُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ اِذْهَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً اِنَّكَ اَنْتَ اْلوَهَابْ. رَبَنَا ظَلَمْنَ اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْلَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخٰسِرِيْنَ. رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا اِنَّكَ اَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَتُبْ عَلَيْنَا اِنَّكَ اَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمِ. رَبَّنَا اَتِنَافِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلاَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّرْ. وَاَدَخِلْنَا الْجَنَّةَ مَعَ اْلاَبْرَارْ ياَعَزِيْزُ ياَغَّفاََّرْ وَصَلَّى الله ُعَلىٰٰ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ اْلاُمِّيِّ وَعَلىٰ اٰلِـهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ اَجْمَعِيْنَ. سُبْحاَنَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلىَ الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ ِِللهِ رَبِّ الْعَالمَِيْنَ.
اَلْفاَتِحَةْ ..........
وَاعْفُ عَنَّا ياَكَرِيْم ياَاَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ ارْحَمْنا َوَوَالِدِيْنا َوَاُمَّةً مُحَمَّدٍ صَلىَ الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمْ. اَللَّهُمَّ بِحَقِّ الْفاَتِحَةِ وَبِسِرِ الْفاَتِحَةِ وَبِكََرَامَةِ الْفاَتِحَةِ وَبِشَفَاعَةِ الْفَاتِحَةِ وَبِمُعْجِزَاتِ الْفَاتِحَةِ.ياَفاَرِجَ الْهَمْ ياَكَاشِفَ الْغَمْ ياَمَنْ لِعَبْدِهِ يَغْفِرُ وَيَرْحَمْ وَيَا دَافِعَ الْبَلاَء يَا الله وَيَا دَافِعَ الْبَلاَء يَارَحْمَنْ وَيَا دَافِعَ الْبَلاَء يَارَحِيْمِ وَيَا دَافِعَ الْبَلاَء يَااَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ. اَنْ تَقَبَّلَ مَابِهِ وَعَوْنَاكْ وَاَنْ تُعْطِيَنَا مَاسَأَلْنَاهُ اَنْجِزْلَنَا وَعْدَكَ الْحَقَّ الَّذِيْ وَعَدْتَهُ لِعِبَادِكَ الْمُؤْمِنِيْنَ لاَاِلهَ اِلاَّ اَنْتَ سُبْحَانَكَ اِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ. دَعْوَا هُمْ فِيْهَا سُبْهَانَكَ اَللّهُمَ وَتَحِيَّتُهُمْ فِيْهَا سَلاَمُ وَاخِرُ دَعْوَاهُمْ اَنِ الْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. اَمِـيْن

- Doa ba'da Shalat II

Rabu, 14 September 2011

13 Tips Sukses Orang Hebat di Dunia

Sukses adalah suatu pencapaian yang diniatkan untuk terjadi, diyakini dengan kebulatan hati dan dicapai melalui proses kerja keras nan cerdas serta komitment yang tinggi. Setiap orang pasti berkeinginan untuk sukses tapi tidak semua orang mau ikhlas menjalani prosesnya yang kadangkala terjal dan berliku. Berikut beberapa tips sukses dari orang-orang yang sudah mengalami banyak hal dalam hidupnya.
Selalu fokus !! Kerahkan semua pikiran anda pada apa yang ingin anda capai dan percayalah pada diri anda sendiri. Jika tidak tak seorangpun yang akan percaya anda. Donald Trumph
Masa depan anda diciptakan oleh apa yang anda lakukan hari ini bukan besok. Lihat masa depan anda dengan melihat apa yang anda lakukan hari ini…hari ini. Robert T Kiyosaki
Nikmati yang anda lakukan adalah hal wajib bagi orang-orang yang mau sukses. Anda tidak perlu mengejar kesuksesan, yang perlu anda lakukan adalah menjadi yang terbaik dibidang anda. Richard Branson
Setiap orang mengalami masa-masa sulit, itu adalah ukuran dari tekad dan dedikasi anda. Bagaimana anda berurusan dengan itu semua dan bagaimana anda melaluinya menentukan keberhasilan anda. Lakshmi Mittal
Saya telah berkali-kali dalam kehidupan ini. itulah alasannya mengapa saya bisa sukses. Michael Jordan
Siapapun bisa menyerah, itu hal termudah di dunia yang bisa dilakukan. Tapi untuk terus bersama-sama ketika orang lain akan mengerti jika anda berantakan, itulah kekuatan sejati. Steve Jobs
“Sukses datang pada mereka yang ’sadar’ akan sukses! Jika kita tidak menentukan sasaran, bagaimana kita bisa mendapatkannya?” Bruce Lee
Jika Anda bekerja hanya untuk uang, Anda tidak akan pernah berhasil, tapi jika Anda menyukai apa yang Anda lakukan dan Anda selalu menempatkan pelanggan pertama, kesuksesan akan menjadi milikmu. Ray Kroc
Dalam rangka untuk berhasil, keinginan Anda untuk sukses harus lebih besar dari ketakutan Anda akan kegagalan. Saya tidak tahu kunci sukses, tetapi kunci untuk kegagalan adalah mencoba menyenangkan setiap orang. Bill Cosby
Sukses adalah rangkaian perjalanan dari satu kegagalan ke kegagalan lainnya tanpa kehilangan antusiasme. Winston Churcill
Bahan baku utama kesuksesan adalah bagaimana kita bergaul dan membangun silaturahmi dengan orang-orang. Theodore Roosevelt
Cobalah untuk tidak menjadi seorang yang sukses, melainkan mencoba untuk menjadi manusia yang bernilai dan bermanfaat buat orang lain. Albert Einstein
“Kehidupan menjadi sangat sulit dan rumit kalau kita membiarkan diri kita berlari terus ke tempat tujuan. Lupa bahwa hari ini, di tempat ini, dengan badan yang ini, plus jumlah rejeki hari ini, juga menghadirkan ‘tujuan-tujuan’ besar yang tidak kalah menariknya.
Jika kita menghabiskan semua waktu untuk berlari, tidak hanya lelah dan capek hasilnya, tetapi juga kehilangan sense of direction. Inilah akar dari kehidupan banyak orang yang tandus dan kering.” Gede Prama
Terima kasih
Salam mantap

Sumber : http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2011/09/14/13-tips-sukses-orang-hebat
- 13 Tips Sukses Orang Hebat di Dunia

Sabtu, 10 September 2011

Cara Sujud yang Benar dalam shalat

Cara Sujud yang Benar
Para ulama fiqih mendifinisikan shalat sebagai tindakan-tindakan dan ucapan-ucapan yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam. Tindakan-tindakan dan ucapan-ucapan itu selanjutnya dinamakan rukun dan pemenuhannya menjadi satu keharusan. Berarti, bila tidak dikerjakan mengakibatkan shalatnya batal. Atau disebut sunnah jika berfungsi sebagai pelengkap dan penyempurnaan saja. Sehingga, kalau ditinggalkan, tidak sampai berakibat membatalkan shalat.


Rukun shalat secara keseluruhan ada tujuh belas, yang merupakan satu kesatuan utuh, sehingga pelaksanaannya harus berkesinambungan. Akibatnya, bila ada salah satu saja dari rukun itu ditinggalkan atau dilaksanakan secara terpisah, seseorang belum dianggap melaksanakan shalat. Dalam bahasa ahli ushul fikih, belum bebas dari uhdatul wujub, atau belum bias mengugurkan at-ta’abbud.
Setiap rukun mempunyai aturan dan cara-cara tertentu. Mulai dari cara membaca fatihah, ruku’, sujud, I’tidal dan seterusnya semua itu berdasar pada cara shalat Rasulullah saw semasa hidup. Sebagaimana perintah beliau dalam sebuah hadits:

صلوا كما رأيتموني أصلي -رواه البخاري

Artinya: shalatlah kamu seperti yang kamu lihat saat aku mengerjakannya (HR. Bukhari, Muslim dan Ahmad)
Cara dan aturan-aturan tersebut telah diterangkan oleh ulama dengan panjang lebar, melalui proses ijtihad secara serius, dalam karya mereka berupa kitab-kitab fiqih.

Dalam berijtihad mereka senantiasa berpedoman pada al-qur’an, hadits, ijma’ dan qiyas serta metode-metode istinbath yang lain. Karena itu dengan berpedoman pada kitab-kitab fiqih, bukan berarti kita tidak atau kurang mengamalkan al-Qur’an dan hadits seperti anggapan minor sebagian kalangan tertentu.
Dengan demikian shalat yang dipraktikkan umat Islam, secara umum sama, karena berangkat dari sumber yang sama pula. Semua berdiri, membaca fatihah, ruku’ dan sbagainya. Tapi di balik kesamaan-kesamaan tersebut, ada perbedaan-perbedaan kecil yang tidak begitu prinsip . Jangan sampai terjadi, perbedaan kecil itu merusak ukhuwah islamiyah di kalangan muslimin.

Misalnya dalam hal sujud, para ulama sendiri terbagi dalam dua elompok, antara yang mendahulukan tangan dan yang mengakhirkannya setelah meletakkan lutut. Keduanya memiliki dasar masing-masing. Kalau ditelusuri perbedaan pendapat tersebut berpangkal pada dua hadits yang termaktub dalam bulughul maram, karangan Ibnu hajar al-Asqalani.Hadits pertama riwayat dari sahabat Abu Hurairoh ra yang menyatakan bahwasannya rasulullah saw bersabda;

إذا سجد أحدكم فلايبرك كمايبرك البعير وليضع يديه قبل ركبتيه - رواه أبوداود والترمذي والنسائي

Artinya: jika salah satu dari kalian bersujud, janganlah menderum seperti unta menderum, letakkanlah kedua tangan sebelum lutut. (HR. Abu Dawud, Tirmidzi dan Nasa’i)

Dalam hadits tersebut jelas kita diperintahkan untuk mendahulukan tangan. Sebuah pengertian yang berlawanan dengan hadits kedua riwayat sahabat Wail bin Hajar ra yang mengatakan:

رأيت النبي صلى الله عليه وسلم إذا سجد وضع ركبتيه قبل يديه ركبتيه -رواه أبوداود والترمذي والنسائي وابن ماجه

 Artinya: saya melihat Rasulullah saw ketika sujud meletakkan (menjatuhkan) lutut sebelum tangannya. (HR. abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’I dan Ibnu Majah)
Ketika ada dua hadits yang tampak bertentangan seperti itu, para ulama akan memilih mana yang lebih kuat; yang sahih didahulukan dari pada yang dhaif. Kalau kedudukannya sama, sebisa mungkin dikompromikan agar sejalan dan tidak saling bertentangan . Jika langkah  tersebut tidak mungkin dicapai, hadist yang terdahulu dirombak (dinasikh) oleh yang terakhir. Dengan catatan sejarah keduanya diketahui. Bila waktunya tidak jelas, sikap yang mereka ambil adalah al-waaf. Maksudnya kedua hadits tersebut tidak diamalkan, lalu beralih pada dalil lain. Solusi seperti itu diketemukan dalam kitab-kitab ushul fikih, seperti tashit Thuraqat, Irsayadul Fukhul dan al-Luma’.Yang menjadi permasalahan adalah para ulama sering berbeda menilai sebuah hadits. Hadits yang dianggap sahih oleh seorang ahli (muhadditsun) tertentu, pada saat yang sama kadang diklaim tidak sahih oleh ulama lain. Pada gilirannya, mereka cenderung berpendapat sesuai dengan hasil ijtihad masing-masing.

Pada kasus sujud Imam Malik dan Imam Auzai memilih hadits yang pertama. Sedangkan madzhab Syafi’I dan Hanafi cenderung mengamalkan hadits kedua. Dalam kaitan itulah mengapa khiaf tidak terelakkan. Apalagi jika hadits hanya diketahui oleh satu pihak saja. Namun yang pasti, ulama terdahulu telah berupaya semaksimal mungkin mendekati setiap kebenaran. Yang benar memporel dua pahala yang salah memperoleh satu pahala. Dengan syarat mereka benar-benar mempunyai kompetensi untuk berijtihad. Dalam arti, melengkapi diri dengan berbagai disiplin keilmuan yang diperlukan untuk tugas mulia yang sangat berat itu. Sekarang kita tinggal pilih sesuai dengan kemnatapan dan keyakinan masing-masing. Kalangan pesantren yang akrab dengan kitab-kitab Imam syafi’I dalam hal sujud mungkin mendahulukan lutut. Tetapi kalangan yang lain bisa saja mendahulukan tangan.  

sumber: KH. Sahal Mahfudh, Solusi Problematika Umat.
- Cara Sujud yang Benar dalam shalat

Selasa, 06 September 2011

200 Masjid di Makkah Salah Kiblat

Ternyata tidak hanya di tempat yang jauh dari Ka’bah saja yang bisa salah. Sekitar 200 masjid di kota suci Makkah tidak menghadap ke arah kiblat secara benar, koran Arab Saudi melaporkan. Surat kabar Saudi Gazette melaporkan, orang-orang yang melihat ke bawah dari atas gedung-gedung tinggi yang baru di Makkah menemukan, mihrab di banyak masjid tua Mekkah tidak mengarah langsung ke Ka’bah.
Saat menunaikan sholat, warga Muslim sedapat mungkin menghadap ke Ka’bah, bahkan kalau diperlukan, bisa menggunakan kompas khusus untuk mencari arah kiblat itu. Ka’bah tersebut terletak di tengah Masjidil Haram di Makkah.

Wartawan BBC Sebastian Usher dalam laporannya mengatakan, pihak berwenang belakangan melakukan pembangunan kembali kawasan di dan sekitar Masjidil Haram.
Tetapi masjid-masjid lama di Mekah tetap dipertahankan keberadaannya. Kini bila dilihat dari gedung-gedung tinggi yang baru, sejumlah warga menemukan lokasi mihrab di sebagian masjid tersebut tidak tepat arah. Pada saat masjid-masjid tersebut dibangun kira-kira 50 tahun yang lalu, digunakan perkiraan kasar arah kiblat karena saat itu belum ada alat yang akurat
Berdasarkan koran pan-Arab, Al-Hayat, sekretaris kementrian, Tawfik Al-Sudairy mengatakan, “Tidak ada kesalahan utama, tapi perbaikan telah dilakukan terhadap beberapa masjid tua, terima kasihlah kepada teknik modern. Dalam beberapa kasus, hal itu tidak mempengaruhi pelaksana ibadah.”
Sebagian warga mengatakan ibadah mereka mungkin tidak sah. Seorang pejabat Arab Saudi mengatakan ibadah sholat mereka tidak akan terpengaruh. Sebagian orang menyarankan sinar laser dipancarkan dari kubah Masjidil Haram untuk menunjukkan arah kiblat yang tepat.
Sumber: Arab Times Online, Republika
- 200 Masjid di Makkah Salah Kiblat

Minggu, 28 Agustus 2011

Doa dan Niat berzakat

Niat Berzakat :



1. Niat zakat Fitrah untuk diri sendiri

    نَوَيْتُ أَنْ أُخْرِجَ زَكَاةَ الْفِطْرِ عَنْ نَفْسِىْ فَرْضًا ِللهِ تَعَالَى

    NAWAITU AN-UKHRIJA ZAKAATAL FITHRI ‘ANNAFSII FARDHAN LILLAHI TA’AALAA

    Sengaja saya mengeluarkan zakat fitrah atas diri saya sendiri, Fardhu karena Allah Ta’ala

    2. Niat zakat Fitrah untuk Istri

    نَوَيْتُ أَنْ أُخْرِجَ زَكَاةَ الْفِطْرِ عَنْ زَوْجَتِيْ فَرْضًا ِللهِ تَعَالَى

    NAWAITU AN-UKHRIJA ZAKAATAL FITHRI ‘AN ZAUJATII FARDHAN LILLAHI TA’AALAA

    Sengaja saya mengeluarkan zakat fitrah atas istri saya, Fardhu karena Allah Ta’ala

    3. Niat zakat Fitrah untuk anak laki-laki atau perempuan

    نَوَيْتُ أَنْ أُخْرِجَ زَكَاةَ الْفِطْرِ عَنْ وَلَدِيْ… / بِنْتِيْ… فَرْضًا ِللهِ تَعَالَى

    NAWAITU AN-UKHRIJA ZAKAATAL FITHRI ‘AN WALADII… / BINTII… FARDHAN LILLAHI TA’AALAA

    Sengaja saya mengeluarkan zakat fitrah atas anak laki-laki saya (sebut namanya) / anak perempuan saya (sebut namanya), Fardhu karena Allah Ta’ala

    4. Niat zakat Fitrah untuk orang yang ia wakili

    نَوَيْتُ أَنْ أُخْرِجَ زَكَاةَ الْفِطْرِ عَنْ (…..) فَرْضًا ِللهِ تَعَالَى

    NAWAITU AN-UKHRIJA ZAKAATAL FITHRI ‘AN (……) FARDHAN LILLAHI TA’AALAA

    Sengaja saya mengeluarkan zakat fitrah atas…. (sebut nama orangnya), Fardhu karena Allah Ta’ala

    5. Niat zakat Fitrah untuk diri sendiri dan untuk semua orang yang ia tanggung nafkahnya

    نَوَيْتُ أَنْ أُخْرِجَ زَكَاةَ الْفِطْرِ عَنِّىْ وَعَنْ جَمِيْعِ مَا يَلْزَمُنِىْ نَفَقَاتُهُمْ شَرْعًا فَرْضًا ِللهِ تَعَالَى

    NAWAITU AN-UKHRIJA ZAKAATAL FITHRI ‘ANNII WA ‘AN JAMII’I MAA YALZAMUNII NAFAQAATUHUM SYAR’AN FARDHAN LILLAHI TA’AALAA

    Sengaja saya mengeluarkan zakat atas diri saya dan atas sekalian yang saya dilazimkan (diwajibkan) memberi nafkah pada mereka secara syari’at, fardhu karena Allah Ta’aala.


    Sangat baik ketika memberikan zakat membaca do'a :

      أللّهُمَّ اجْعَلْهَا مَغْنَمًا وَلا تَجْعَلْهَا مَغْرَمًا

       ALLAHUMMA-J'ALHAA MAGHNAMAN, WALAA TAJ'ALHAA MAGHRAMAN"

      Ya Allah jadikanlah ia sebagai simpanan yang menguntungkan dan jangan jadikanlah ia pemberian yang merugikan.

      Kemudian yang menerima dianjurkan membaca do'a :

      آجَرَكَ اللهُ فِيْمَا أَعْطَيْتَ، وَبَارَكَ لَكَ فِيْمَا أَبْقَيْتَ، وَاجْعَلْهُ لَكَ طَهُوْرًا



      "AAJARAK-LLAAHU FIIMA A'THAITA, WA BAARAKA LAKA FIIMAA ABQAITA, WAJ'ALHU LAKA THAHUURAA"
      Mudah-mudahan Allah memberi pahala atas  apa yang engkau berikan, memberikan berakah atas apa yang masih ada di tanganmu dan menjadikannya sebagai pembersih bagimu.

      - Doa dan Niat berzakat

      Sabtu, 27 Agustus 2011

      Ramadhan Secara etimologi

      Ramadhan berasal dari akar kata ر م ﺿ , yang berarti panas yang menyengat atau kekeringan, khususnya pada tanah. Bangsa Babylonia yang budayanya pernah sangat dominan di utara Jazirah Arab menggunakan luni-solar calendar (penghitungan tahun berdasarkan bulan dan matahari sekaligus). Bulan ke sembilan selalu jatuh pada musim panas yang sangat menyengat. Sejak pagi hingga petang batu-batu gunung dan pasir gurun terpanggang oleh segatan matahari musim panas yang waktu siangnya lebih panjang daripada waktu malamnya.
      Di malam hari panas di bebatuan dan pasir sedikir reda, tapi sebelum dingin betul sudah berjumpa dengan pagi hari. Demikian terjadi berulang-ulang, sehingga setelah beberapa pekan terjadi akumulasi panas yang menghanguskan. Hari-hari itu disebut bulan Ramadhan, bulan dengan panas yang menghanguskan. (Wikipedia)


      Secara etimologi, ramadhan berasal dari kata ra-mi-dha yang merupakan fi’il madhi. Kata ini berarti “panas” atau “panas yang menyengat”. Kata ini berkembang sebagaimana biasa terjadi dalam struktur bahasa Arab dan bisa diartikan “menjadi panas, atau sangat panas”, atau dimaknai “hampir membakar”. Dalam kamus Al-Munjid, ramidha atau ramdha’ memiliki makna syadid al-har (“sangat panas”, “terik”).

      Jika orang Arab mengatakan qad ramidha yaumuna, maka itu berarti “hari telah menjadi sangat panas”.
      Tampaknya, keagungan bulan ini tidak digemakan dari makna kebahasaannya saja, akan tetapi juga pada makna substantifnya. Nama Ramadhan selain menunjukkan kondisi alam yang ada di lingkungan sahara Arab yang terbiasa berhias terik dan panas, juga melambangkan sebuah tantangan dahsyat bagi para pelaksana ibadah puasa (ash-shaimun). Selain itu, dari namanya, ada sebagian ulama yang harus menginterpretasi kata ramadhan dengan huruf per huruf yang semuanya memiliki makna.

      Ar-Ramadhu juga bisa diartikan “batu yang panas karena panas teriknya matahari” sebagaimana terdapat dalam kitab Matn Al-Lughah. Ibnu Manzhur mengatakan: "Ramadhan adalah salah satu nama bulan yang telah dikenal".

      Ibnu Duraid menambahkan: "Ketika orang-orang mengadopsi nama-nama bulan dari bahasa kuno secara sima'i dengan zaman (masa) yang ada dalam bulan itu, maka bulan Ramadhan bertepatan dengan masa panas terik, lalu dinamakanlah dengan Ramadhan.

      Ada pula yang mengatakan diadopsi dari ramadha ash-sha’im (panasnya orang yang puasa) ketika tenggorakannya panas karena sangat haus.

      Al-Fairuz Abadi menambahkan bahwa bulan Ramadhan dinamakan demikian karena ia membakar dosa-dosa.

      Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa Ramadhan itu adalah salah satu nama Allah SWT. Dalam hal ini kalau melihat dari ayat tersebut di atas tidaklah mungkin diartikan nama Allah, karena pendapat ini memang lemah dan tidak memiliki argumentasi literal.

      Itulah uraian singkat dari pengertian istilah Ramadhan diambil dari kalimat
      ramidha-yarmadhu, yang berarti “panas atau keringnya mulut dikarenakan rasa haus”.

      Keterangan tentang kata Ramadhan ini disampaikan pula oleh Muhammad bin Abu Bakar bin Abdul Qadir Ar-Razi (w. 721 H) dalam kamus Mukhtarush Shihhah dan Muhammad bin Mukarram bin Mandzur Al-Mashri (630-711 H), yang terkenal dengan sebutan Ibnu Mandzur, dalam karya monumentalnya, Lisanul ‘Arab.

      Menurut Quraish Shihab, ramadhan terambil dari akar kata yang berarti “membakar” atau “mengasah”. Dinamai demikian karena pada bulan ini dosa-dosa manusia pupus, habis terbakar, akibat kesadaran dan amal salehnya. Atau karena bulan tersebut dijadikan waktu untuk mengasah dan mengasuh jiwa manusia.
      Kata ramadhan terdiri dari lima huruf. Pertama, ra yang berarti rahmah (kasih sayang). Kedua, mim, yaitu maghfirah (ampunan). Ketiga, dha, yang bermakna dhaman lil jannah (jaminan surga). Keempat, alif yang berarti aman min an-nar (selamat dari neraka). Kelima, nun, yang berarti nur min al-Allah (cahaya dari Allah).

      Mengapa Ramadhan begitu mulia? Jawabannya adalah karena di dalamnya terdapat ibadah puasa. Ibadah yang berlandaskan legitimasi kitab suci yang pernah ada bagi seluruh umat beragama. Dalam Islam, ibadah puasa telah diperintahkan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an serta dipertegas oleh Nabi SAW melalui sunnahnya.
      Mudah-mudahan dengan kita memahami makna kata ramadhan secara komprehensif akan menjadikan kita sebagai hamba-Nya yang bertakwa sebagaimana tujuan inti dari disyariatkannya puasa kepada kaum muslimin. Wallahu a’lam bishshawab. (Baihaqi Nu’man)

      Inti dari singkat penjelasan di atas adalah bisa difahami dan memastikan pula bahwa bulan Ramadhan itu ada, setidaknya sejak syari’at puasa diturunkan kepada ummat manusia. Karena, arti Ramadhan itu sendiri adalah waktu dan/atau keadaan suatu hal dimana seseorang merasakan panas, mulut terasa kering dan tenggorokan terasa haus, yang dikarenakan sedang berpuasa.

      Sehingga dengan sendirinya dan secara otomatis, bulan atau waktu dimana orang melakukan puasa disebut bulan atau waktu Ramadhan, yaitu saat yang panas, kering dan haus.

      Demikianlah sekedar telaahan untuk menambah pengetahuan bahwa syari’at puasa memang sudah menjadi syari’at bagi setiap ummat manusia. Dan di antara sekian macam syari’at, hanya ibadah puasa merupakan ibadah kontemplatif.

      Hal ini bisa dibenarkan, karena dalam sebuah hadits Qudsy, Allah SWT telah berfirman, “Seluruh amal ibadah anak-anak keturunan Adam diperuntukkan kepada pelakunya, kecuali puasa.

      Maka sesungguhnya puasa adalah untukKu, dan Aku mengganjar karenanya”. Sehingga dengan pernyataan Allah SWT itu, Imam al-Qurthubi (627 – 671 H) dalam tafsirnya mengatakan bahwa ‘puasa merupakan (komunikasi) rahasia antara hamba dengan Tuhannya’. Sudah selayaknya sangat bisa diterima jika Shuhuf-nya Ibrahim ‘alaihis salam, Taurat untuk Musa ‘alaihis salam, Injîl untuk Isa ‘alaihis salam dan Al-Qur’an pun turun pertama kali pada bulan Ramadhan, bulan saat para pembebas sedang berkontemplasi
      - Ramadhan Secara etimologi