Rabu, 28 September 2011

Akhlak mulia yang dapat dipraktekkan setiap hari


Diantara akhlak mulia yang dapat dipraktekkan antara lain:
Memperbanyak senyum

Wajah yang penuh senyuman adalah akhlak Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam. Sahabat Jarir bin Abdillah Radhiallahu’anhu berkisah:

مَا حَجَبَنِي النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُنْذُ أَسْلَمْتُ، وَلاَ رَآنِي إِلَّا تَبَسَّمَ فِي وَجْهِي

“Sejak aku masuk Islam, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam tidak pernah menghindari aku jika aku ingin bertemu dengannya, dan tidak pernah aku melihat beliau kecuali beliau tersenyum padaku” (HR. Bukhari, no.6089).

Beliau juga memerintahkan hal tersebut kepada ummatnya. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

تبسمك في وجه أخيك لك صدقة

“Senyummu terhadap wajah saudaramu adalah sedekah” (HR. Tirmidzi 1956, ia berkata: “Hasan gharib”. Di-shahih-kan oleh Al Albani dalam Shahih At Targhib)

Bermuka cerah dan ramah

Tidak sepatutnya seorang muslim bermuka masam kepada saudaranya. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

لَا تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا، وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ

“Janganlah engkau meremehkan kebaikan sekecil apapun, walaupun itu berupa cerahnya wajahmu terhadap saudaramu” (HR. Muslim, no. 2626)

Berkata-kata yang baik dan sopan

Allah memerintahkan hamba-Nya berkata yang baik. Allah Ta’ala berfirman:

>وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا

“… dan ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia” (QS. Al Baqarah: 83)

Para da’i serta penuntut ilmu agama lebih ditekankan lagi untuk mampu berkata baik dan sopan. Allah Ta’ala juga berfirman:

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang shalih” (QS. Fushilat: 33)

Jika tidak mampu berkata baik, maka diam itu lebih baik. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلاَ يُؤْذِ جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, janganlah mengganggu tetangganya. Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, muliakanlah tamunya. Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, katakanlah yang baik atau diam” (HR. Bukhari 6018, Muslim 47)

Banyak memberi bantuan

Ketika berinteraksi dengan para kerabat, bersemangatlah memberikan bantuan-bantuan walaupun kecil, seperti menuangkan minuman pada orang-orang yang lebih tua, membukakan pintu, memarkirkan kendaraan, membawakan barang para tetamu, dll. Demikianlah akhlak seorang muslim. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

كُلُّ مَعْرُوفٍ صَدَقَةٌ، وَإِنَّ مِنَ المَعْرُوفِ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ، وَأَنْ تُفْرِغَ مِنْ دَلْوِكَ فِي إِنَاءِ أَخِيكَ

“Setiap perbuatan baik adalah sedekah. Dan diantara bentuk perbuatan baik itu adalah bermuka cerah kepada saudaramu, serta menuangkan air ke bejana saudaramu” (HR. Tirmidzi 1970, ia berkata: “hadits ini hasan shahih”)

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam juga bersabda

كُلُّ سُلاَمَى مِنَ النَّاسِ عَلَيْهِ صَدَقَةٌ، كُلَّ يَوْمٍ تَطْلُعُ فِيهِ الشَّمْسُ، يَعْدِلُ بَيْنَ الِاثْنَيْنِ صَدَقَةٌ، وَيُعِينُ الرَّجُلَ عَلَى دَابَّتِهِ فَيَحْمِلُ عَلَيْهَا، أَوْ يَرْفَعُ عَلَيْهَا مَتَاعَهُ صَدَقَةٌ

“Setiap persendian manusia diwajibkan untuk bersedakah setiap harinya dari mulai matahari terbit. Mendamaikan dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong seseorang naik ke atas kendaraannya atau mengangkat barang-barangnya ke atas kendaraannya adalah sedekah…” (HR. Bukhari 2989, Muslim 1009)

Bantuan-bantuan yang anda berikan kepada kerabat atau saudara anda itu akan menjadi sebab datangnya bantuan Allah untuk anda kelak. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

وَاللهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ

“Pertolongan Allah itu senantiasa diberikan kepada seorang hamba selama hamba tersebut memberikan pertolongan kepada saudaranya” (HR. Muslim, no. 2699)

Banyak bersedekah

Keluarga dan kerabat adalah orang yang lebih utama daripada yang lain untuk mendapatkan sedekah anda. Terutama bila diantara kerabat anda ada yang tergolong kurang mampu. Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat … “ (QS. An Nahl: 90)

Orang yang bersedekah akan dilipat-gandakan pahalanya. Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّ الْمُصَّدِّقِينَ وَالْمُصَّدِّقَاتِ وَأَقْرَضُوا اللَّهَ قَرْضاً حَسَناً يُضَاعَفُ لَهُمْ وَلَهُمْ أَجْرٌ كَرِيمٌ

“Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipat-gandakan (ganjarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak.” (Qs. Al Hadid: 18)

Sedekah juga bisa menghapus dosa-dosa anda. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

والصدقة تطفىء الخطيئة كما تطفىء الماء النار

“Sedekah dapat menghapus dosa sebagaimana air memadamkan api.” (HR. Tirmidzi, di shahihkan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi, 614)

Bersalaman

Ketika bertemu dengan kerabat, sambutlah ia dengan jabatan erat tangan anda. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا مِنْ مُسْلِمَيْنِ يَلْتَقِيَانِ فَيَتَصَافَحَانِ إِلاَّ غُفِرَ لَهُمَا قَبْلَ أَنْ يَتَفَرَّقَاَ

“Tidaklah dua orang muslim yang bertemu lalu berjabat tangan, melainkan dosa keduanya sudah diampuni sebelum mereka berpisah” (HR. Abu Dawud no. 5.212 dan at-Tirmidzi no. 2.727, dishahihkan oleh al-Albani)

Namun perlu menjadi catatan, anda tidak diperkenankan berjabat tangan dengan wanita yang bukan mahram anda, walaupun ia termasuk kerabat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَأَنْ يُطْعَنُ فِيْ رَأْسِ أَحَدِكُمْ بِمِخْيَطٍ مِنْ حَدِيْدٍ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَمَسَّ امْرَأَةً لاَ تَحِلُّ لَهُ

“Andai kepala salah seorang dari kalian ditusuk dengan jarum besi, itu masih lebih baik daripada ia menyentuh wanita yang tidak halal baginya”. (HR. Baihaqi dalam Syu’abul Iman no. 4544, dishahihkan oleh Al Albani dalam Ash-Shahihah no. 226)

Anda bisa memberikan anggukan, senyuman atau isyarat lain yang bisa menggantikan fungsi jabat tangan menurut adat di tempat anda.

Tawadhu’ dan tidak pamer kekayaan

Ketika berkumpul di tengah banyak orang, seringkali hati kita mengajak untuk pamer harta dan kelebihan yang ia miliki. Ini adalah sifat yang tercela. Allah Ta’ala berfirman:

أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ

“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur, Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu)” (QS. At Takatsur 1-3)

Sebaliknya, seorang muslim itu hendaknya bersikap tawadhu’ (rendah hati). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ

“Sedekah tidak akan mengurangi harta seseorang. Allah akan menambahkan kewibawaan seseorang hamba yang pemaaf. Tidaklah seorang hamba itu bersikap tawadhu kecuali Allah akan tinggikan ia” (HR. Muslim, no.2588)

Sifat suka pamer, sombong dan tidak tawadhu itu akan menumbuhkan kedengkian, persaingan dan bahkan kezhaliman. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَإِنَّ اللَّهَ أَوْحَى إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّى لَا يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ وَلَا يَبْغِ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ

“Sungguh Allah mewahyukan kepadaku agar kalian saling merendah diri agar tidak ada seorang pun yang berbangga diri pada yang lain dan agar tidak seorang pun berlaku zhalim pada yang lain” (HR. Muslim no. 2865)” (HR. Muslim no. 2865)

Memperbanyak salam

Menebar salam lebih baik dari sapaan-sapaan gaul atau pun greets ala barat. Karena saling mengucapkan salam akan menumbuhkan kecintaan terhadap hati sesama muslim serta dengan sendirinya membuat suasana Islami di tengah kerabat dan keluarga anda. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لا تدخلون الجنة حتى تؤمنوا. ولا تؤمنوا حتى تحابوا أولا أدلكم على شيء إذا فعلتموه تحاببتم ؟ أفشوا السلام بينكم

“Tidak akan masuk surga hingga kalian beriman. Dan kalian tidak dikatakan beriman hingga kalian saling mencintai. Maukah aku tunjukkan sesuatu yang jika dilakukan akan membuat kalian saling mencintai? Sebarkan salam diantara kalian” (HR. Muslim, no.54)

Sesekali bercanda untuk mencairkan suasana

Bercanda untuk mencairkan suasana agar timbul kedekatan dan terikatnya silaturahim adalah hal yang dianjurkan. Selama bercanda ini tidak dijadikan kebiasaan atau terlalu sering dilakukan. Bahkan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pun terkadang bercanda. Sahabat Anas ibnu Malik berkisah,

جاء رجل إلى النبي صلى الله عليه وسلم يستحمله فقال أنا حاملك على ولد ناقة قال يا رسول الله وما أصنع بولد ناقة فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم وهل تلد الإبل إلا النوق

“Seseorang datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam meminta beliau memboncengnya, lalu Nabi berkata, ‘Saya akan menaikkanmu di atas anak unta betina!’ (padahal yang dimaksud adalah unta dewasa). Orang itu berkata, ‘Wahai Rasulullah! Apa yang dapat saya lakukan terhadap anak unta betina?’ Rasulullah menjawab,’Bukankah setiap unta yang dilahirkan itu disebut anak unta?’ (HR. Abu Daud no.4998, di-shahih-kan Al Albani dalam Shahih Abi Daud)

Diriwayatkan dari Abu Hurairah, ia berkata:

قالوا : يا رسول الله إنك تداعبنا قال إني لا أقول إلا حقا

“Para sahabat berkata: ‘Wahai Rasulullah! Sungguh engkau terkadang mencandai kami’. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pun bersabda, “Sungguh aku tidak akan berkata kecuali kebenaran” (HR. Tirmidzi, no.1990, ia berkata: “Hasan shahih”)

Dari Bakr bin Abdillah, ia berkata,

انَ أَصْحَابُ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَبَادَحُونَ بِالْبِطِّيخِ، فَإِذَا كَانَتِ الْحَقَائِقُ كَانُوا هُمُ الرِّجَالَ

“Para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah saling melempar kulit semangka, padahal mereka adalah sebenarnya mereka adalah orang-orang terhormat” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad 226, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Adabil Mufrad)

Mendahulukan orang lain dalam perkara non-ibadah

Kita diperintahkan untuk berlomba-lomba untuk dalam perkara ibadah dan kebaikan akhirat, namun dalam perkara duniawi, keuntungan dunia, kesenangan dunia, yang lebih utama adalah mendahulukan orang lain dan membiarkan orang lain menikmatinya lebih dahulu daripada kita. Allah Ta’ala memuji kaum Anshar:

وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

“mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung” (QS. Al Hasyr: 9)

Jika anda menyukai untuk mendapatkan sesuatu yang bagus, dan anda juga senang bila saudara anda semuslim bisa mendapatkannya, itulah salah satu tanda keimanan anda. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لا يؤمن أحدكم حتى يحب لأخيه ما يحب لنفسه

“Tidak beriman seseorang hingga mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya” (HR. Bukhari no.13, Muslim no.45)

Memuliakan tamu

Ketika anda dikunjungi kerabat, anda sebagai tuan rumah hendaknya memuliakan mereka yang berstatus sebagai tamu. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلاَ يُؤْذِ جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, janganlah mengganggu tetangganya. Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, muliakanlah tamunya. Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, katakanlah yang baik atau diam” (HR. Bukhari 6018, Muslim 47)

Menjaga pandangan

Terkadang ada sebagian kerabat atau keluarga kita yang tidak menutup auratnya dengan baik atau membawa hal-hal yang tidak sepatutnya dilihat. Allah Ta’ala memerintahkan kaum lelaki yang beriman untuk menjaga pandangan mereka dari yang haram:

قُل لِّلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ

“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat“. (QS. An Nuur: 30)

Kepada kaum wanita yang beriman, selain diperintahkan juga untuk menjaga pandangan juga diperintahkan untuk memakai busana muslimah yang syar’i agar kaum lekaki bisa menjaga pandangan mereka. Allah Ta’ala berfirman:

وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ آبَائِهِنَّ أَوْ آبَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَائِهِنَّ أَوْ أَبْنَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي أَخَوَاتِهِنَّ أَوْ نِسَائِهِنَّ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُنَّ أَوِ التَّابِعِينَ غَيْرِ أُولِي الْإِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا عَلَى عَوْرَاتِ النِّسَاءِ وَلَا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِنْ زِينَتِهِنَّ وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung” (QS. An Nuur: 31)

Saling menasehati dalam kebaikan

Ketika bertemu dengan keluarga dan kerabat, itu adalah kesempatan emas untuk mendakwahkan mereka kepada agama yang benar sesuai dengan Al Qur’an, sunnah serta pemahaman para salaf. Jangan buang kesempatan ini, walaupun itu sekedar memberikan majalah, memberikan info channel radio sunnah, website sunnah, menghadiahkan jilbab yang lebar, mengajak shalat, mengajak berzakat atau semacamnya. Karena Islam adalah agama nasehat, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

الدين النصيحة قلنا : لمن ؟ قال : لله ولكتابه ولرسوله ولأئمة المسلمين وعامتهم

“Agama adalah nasehat”. Para sahabat bertanya: “Untuk siapa?”. Beliau menjawab: “Untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, para imam kaum muslimin dan umat muslim seluruhnya” (HR. Muslim, 55)

Ilmu yang anda sampaikan sekecil apapun akan menjadi amal jariyah anda yang terus mengalir kelak jika orang yang dakwahkan senantiasa mengamalkan dan mendakwakannya lagi kepada orang lain. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

إذا مات الإنسان انقطع عمله إلا من ثلاث صدقة جارية أو علم ينتفع به أو ولد صالح يدعو له

“Jika seorang manusia mati, terputuslah semua amalnya kecuali tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakannya” (HR. Muslim no.1631)

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam juga bersabda:

من دل على خير كان له مثل أجر فاعله

“Barangsiapa menunjukkan kepada suatu kebaikan, ia akan mendapatkan pahala orang yang melakukannya” (HR. Muslim no.1893)

Demikianlah beberapa akhlak mulia yang bisa anda praktekan ketika momen lebaran. Semoga Allah menolong kita untuk dapat menerapkan akhlak mulia ini sehingga menjadi hamba-Nya yang sempurna imannya. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam juga bersabda:

أكمل المؤمنين إيمانا أحسنهم خلقا

“Orang beriman yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaq-nya” (HR. Tirmidzi no.1162, ia berkata: “Hasan shahih”)
- Akhlak mulia yang dapat dipraktekkan setiap hari

Senin, 26 September 2011

SEJARAH NU (Nahdlatul Ulama)

Republika, 24 Maret 2010

PERJALANAN NU
31 Januari 1926
Komite Hejaz bertemu di Lawang Agung, Ampel, Surabaya dan sepakat mendirikan Jam’iyah Nahdlatul Ulama dengan rais akbar pertama KH. Hasyim Asy’arie.
Tahun 1937
NU membidani kelahiran Al Majlisul Islamy al A’la Indonesia (MIAI) yang merangkum berbagai ormas Islam)
24 Oktober 1943
MIAI akhirnya menjadi Majelis Syura Muslimin Indonesia (Masyumi) dengan Wahid Hasyim menjadi ketua.
07 Nopember 1945
Melalui kongres di Yogyakarta, Masyumi menjadi partai politik umat Islam satu-satunya. NU kemudian mengeluarkan fatwa jihad untuk pertempuran Surabaya melawan Inggris.
28 April – 1 Mei 1952
Muktamar NU di Palembang memutuskan NU keluar dari Masyumi
Tahun 1953
NU memproklamirkan diri sebagai partai politik
Tahun 1955
Dalam pemilu pertama, partai NU meraup suara terbesar ke tiga dari 29 partai peserta pemilu dengan 18,4 % suara
Tahun 1966
NU terlibat dalam pemberantasan PKI
Tahun 1971
Dalam pemilu pertama masa orde baru, partai NU memperoleh suara terbesar ke dua setelah Golkar.
Tahun 1979
Dalam Muktamar NU ke 26 di Semarang, muncul gagasan kembali ke khittah 1926 untuk melepaskan NU dari politik praktis
Tahun 1984
Muktamar ke NU 27 di Situbondo memutuskan kembali ke khittah 1926 dan keluar dari arena politik praktis. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) terpilih sebagai ketua umum PBNU.
Tahun 1994
Gus Dur terpilih kembali menjadi ketua umum PBNU untuk ke tiga kalinya.
23 Juli 1998
PKB menjadi wadah politik kaum Nahdliyin
Mei – September 2004
KH. Hasyim Muzadi yang terpilih menjadi Ketua Umum PBNU pada Muktamar Kediri 1999 maju sebagai wakil presiden mendampingi Megawati Soekarnoputri dalam pemilihan presiden
====================================================
PRA PEMBENTUKAN JAM’IYAH NU DAN GERAKAN PEMBAHARUAN ISLAM

Gerakan pembaharuan adalah gerakan yang mengajak kembali kepada al-qur’an dan sunnah tanpa berpegang kepada madzhab dan membuat madzhab/ijtihad sendiri-sendiri. Gerakan ini bermula di Saudi Arabia yang dipelopori oleh Abdul Wahab dan di Mesir oleh Muhamad Abduh dan Rasyid Ridha sebagai muridnya. Gerakan ini di respon positif di Indonesia dengan berdirinya Muhammadiyah.

Di Cirebon, Jawa Barat pada tahun 1921, diadakanlah Kongres Islam, dalam Kongres yang berlangsung tanggal 31 Oktober – 2 Nopember 1922 dibawah pimpinan Cokroaminoto dan Agus Salim tersebut muncul perdebatan yang cukup sengit. Perdebatan itu terjadi antara ULAMA TRADISIONAL yang diwakili oleh KH. Raden Asnawi dan KH. Abdul Wahab Chasbullah dengan kalangan MUHAMMADIYAH dan AL-IRSYAD yang diwakili oleh KH. A. Dahlan dan Ahmad Surkati. Perdebatan tersebut berkisar antara menganut madzhab atau tidak menganut madzhab. KALANGAN TRADISIONAL MENGANGGAP Muhammadiyah mau membuat madzhab baru dan seenaknya menafsirkan al-qur’an dan sunnah tanpa merujuk kepada madzhab para ulama terdahulu, sementara MUHAMMADIYAH MENGANGGAP kalangan tradisional yang berpegang kepada madzhab sebagai penyebab bekunya gerakan (pembaharuan) Islam.

Sejak itu interaksi antara kalangan tradisional yang berpusat di pesantren dan kalangan Muhammadiyah (kalangan pembaharu) kurang harmonis.
Sementara itu pada tahun 1923 di Semenanjung Arab terjadi pertempuran sengit antara pasukan Ibnu Sa’ud yang mengikuti faham wahabi melawan pasukan Syarif Husen sebagai khalifah kaum Muslimin seluruh dunia, mereka khawatir jika Ibn Sa’ud memaksakan faham yang ia anut dan memburu kaum pembaharu yang sedang melakukan propaganda di Indonesia.

Kemudian pada tanggal 25 Desember 1924 diadakanlah kongres Islam luar biasa yang membicarakan tentang pengiriman wakil Indonesia ke KONGRES KHILAFAH SE DUNIA yang akan diadakan di Kairo pada bulan Maret 1925, yang kemudian disusul dengan KONGRES ISLAM CENTRAL COMITE KHILAFAH di Yogyakarta pada awal tahun 1925, kemudian dalam kongres tersebut kalangan ulama tradisional yang diwakili oleh KH. Abdul Wahab Chasbullah mengusulkan agar delegasi yang dikirim ke kongres sedunia tersebut mendesak raja Ibnu Sa’ud supaya memberlakukan kebebasan bermadzhab di tanah Hijaz, namun usul tersebut tidak di respon oleh para anggota kongres yang sebagian besar kaum pembaharu.

Atas tidak diresponnya usul KH. Abdul Wahab Chasbullah, akhirnya KH. Abdul Wahab Chasbullah dan KH. Raden Asnawi yang mewaakili kalangan ulama trasdisional tersebut membuat KOMITE HIJAZ. Kemudian pada tanggal 31 Januari 1926, Komite Hijaz mengundang ulama se Jawa dan Madura untuk melakukan muktamar di Surabaya yang memutuskan :
1. Mengirim utusan menemui raja Sa’ud untuk meminta kepadanya agar memberikan kebebasan bermadzhab dengan cara agar hukum menurut empat madzhab (Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hambali) di tanah Hijaz tetap diberlakukan dan dilindungi serta, tidak memaksakan faham wahabinya.
2. Oleh karena saat itu para ulama merasa bingung atas nama apa dan siapa mereka mengutus delegasi, maka KH. Mas Alwi menguslkan saat itu juga agar utusan itu berbicara atas nama jam’iyah Nahdlatul Ulama, dan usulnya disetujui oleh para mu’tamirin. Dan saat itulah berdirinya organisasi NU.
Kemudian delegasi yang diutus ke Hijaz, Makkah untuk menghadiri kongres Islam dan menemui raja Sa’ud yang di pimpin oleh Syekh Ghanaim dari Mesir, telah berhasil sukses membawa misi-misi komite Hijaz tersebut.

Kesimpulan :

A. Dari uraian-uraian di atas dapat ditarik benang merah dengan cara memecah-mecah kelompok kepentingan, yaitu :

1. Kelompok gerakan pembaharuan yang dipelopori oleh Abdul Wahab (Saudi Arabia), Muhammad Abduh dan Rasyid Ridho (Mesir), Muhammadiyah yang dipimpin oleh KH. Ahmad Dahlan (Indonesia) dan Al-Irsyad yang di pimpin oleh Ahmad Sukarti (Indonesia). = Kelompok-kelompok yang tidak bermadzhab dan menjadikan ijtihad yang menjadi madzhab bagi dirinya dalam memahami al-qur’an dan sunnah.
2. Kelompok Wahabi yang diwakili oleh raja Sa’ud = kelompok yang akan memaksakan faham / madzhab wahabi dalam memahami al-qur’an dan sunnah
3. Kelompok ulama tradisional yang membentuk komite Hijaz dan mendiririkan organisasi Nahdlatul Ulama (NU) yang diwakili oleh KH. Raden Asnawi, KH. Abdul Wahab Chasbullah dll. = kelompok yang menekankan perlunya bermadzhab terutama terhadap madzhab empat (Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hambali) sebagaimana yang telah diakui dan diterapkan di Indonesia dan saat ini pemikiran kelompok ini mengalami kemajuan yang jauh lebih pesat meninggalkan pemikiran-pemikiran kelompok-kelompok gerakan pembaharu.
4. Kelompok Syarief Husen khalifah kaum muslimin = ……?

B. Bahwa, dengan berhasilnya misi-misi komite Hijaz yang dibentuk oleh para pendiri Nahdlatul Ulama, pertempuran-pertempuran sengit yang terjadi di Timur tengah dapat diatasi dan hukum menurut empat madzhab (Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hambali) dapat diberlakukan, di lindungi dan dibebebaskan di wilayah kekuasaan raja Sa’ud di tanah Hijaz dan tidak memaksakan faham wahabinya.

SEJARAH PEMBENTUKAN JAM'IYAH NU DAN KEPENGURUSANNYA

Saat terjadi pergolakan di Timur Tengah mengenai "perselisihan antara menganut faham islam bermadzhab dan tidak bermadzhab" yang ditandai dengan munculnya khilafat baik di Turki maupun di Saudi Arabia, yang sangat berpengaruh terhadap akidah ahlus sunnah wal jama'ah, umat Islam Indonesia membentuk komite Hijaz untuk menghadiri undangan raja Sa'ud dalam acara kongres Islam.

Dinamakan komite Hijaz karena komite ini dibentuk untuk menghadiri kongres islam di Hijaz, Makkah untuk meredam pergolakan tersebut. Komite Hijaz sendiri dibentuk atas inisiatif KH. Abdul Wahab Chasbullah yang kepemimpinannya diambil dari pengurus2 forum tashwirul afkar, nahdlatul wathan dan syubbanul wathan yang kesemuanya dibentuk oleh beliau.

Komite Hijaz tersebut dipimpin oleh KH. Bisri Syansuri dari Denanyar, Jombang, KH. Ridwan dari Semarang, KH. Raden Asnawi dari Kudus, KH. Nawai dari Pasuruan, KH. Nahrawi dari Malang, KH. Alwi Abd. Aziz dari Surabaya, kemudian kiai2 tersebut berkumpul di surabaya pada tanggal 31 Januari 1926 dan memutuskan :
1. Memimpin delegasi ke kongres dunia islam demi memperjuangkan kepada raja Ibnu Sa'ud agar hukum menurut empat madzhab (Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hambali) mendapat perlindungan dan kebebasan di wilayah kekuasaannya.
2. Membentuk suatu jam'iyah bernama Nahdlatul Ulama (kebangkitan Para Ulama) yang berjuang menegakan syari'at Islam yang berhaluan salah satu dari empat madzhab.

Untuk sementara kepengurusan syuriah dan tanfidziah dipercayakan kepada KH. Alwi Abdul Aziz dari Surabaya, sementara delegasi ke Makkah untuk menghadiri kongres Islam di pimpin oleh Syekh Ghanaim telah berhasil sukses membawa misi komite Hijaz tersebut.

Kemudian untuk kepengurusan NU, KH. Abdul Wahab Chasbullah tidak bersedia menduduki jabatan rais akbar sebagai pucuk pimpinan di NU dan beliau menyerahkan jabatan itu kepada KH. Hasyim Asy'ari sebagai gurunya dan wakilnya KH. Ahmad Dahlan dari Surabaya, sementara ketua tanfidziah dipercayakan kepada H. Hasan Gipo, dan KH. Abdul Wahab Chasbullah merasa cukup sebagai katib aam syuriyah.
(diambil dari buku berjudul 99 Kiai Kharismatik Indonesia, Buku Kedua, Cetakan ke II, Penerbit Kutub, Yogyakarta dengan pengarang KH. A. Aziz Masyhuri, Jombang)
====================================================

KH. ABDUL WAHAB CHASBULLAH
KETURUNAN JOKO TINGKIR :

Kiai Whab Chasbullah lahir dari pasangan Chasbullah dan Nyi Latifah, pada bulan Maret 1888 di Tambak Beras, Jombang. Keluarga kiai Chasbullah, pengasuh pondok Tambak Beras, masih mempunyai hubungan kekerabatan dengan orang yang paling masyhur di abad ke 20 yang sama dari jombang, yaitu KH. Hasyim Asy’ari dan Kiai Sichah yang juga leluhur kiai KH. Hasyim Asy’ari. Nasab keduanya bertemu dalam satu keturunan dengan kiai Abdussalam. Konon jika diurut dari atas, nasab keluarga ini akan bermuara pada Lembu Peteng, salah seorang raja di Majapahit.

LAHIR DAN BESAR DI PONDOK PESANTREN :

Memasuki usianya yang ke tujuh tahun, Abdul Wahab mulai mendapatkan pelajaran agama secara intensif. Selama enam tahun awal pendidikannya, ia di didik langsung oleh ayahnya, dengan demikian Abdul Wahab menyelami pesantren sejak dini.
Selama kurang lebih 20 tahun, secara intensif ia menggali pengetahuan keagamaan di beberapa pesantren. Diantara pesantren yang pernah disinggahinya adalah pesantren Langitan Tuban, pesantren Mojosari Nganjuk, pesantren Cempaka, pesantren Tawangsari sepanjang, pesantren Kademangan Bangkalan Madura, pesantren Branggahan Kdiri, dan pesantren Tebuireng Jombang dibawah pimpinan KH. Hasyim Asy’ari. Selama 4 tahun ia menjadi lurah pondok, sebuah jabatan tertinggi yang dapat dicapai oleh seorang santri dalam sebuah pesantren.

MENIKAH :

Pada tahun 1914, Abdul Wahab Chasbullah menikah dengan puteri kiai Musa yang bernama Maimunah, sejak itu ia tinggal bersama mertua di kampong Kertopaten, Surabaya.

Sepeninggal isteri pertamanya di Makkah sewaktu menjalankan ibadah haji tahun 1921, KH. Abdul Wahab Chasbullah memperisteri Alawiyah, puteri Kiai Alwi. Setelah memperoleh seorang putera, isteri ke duanya ini pun meninggal. Setelah itu KH. Abdul Wahab Chasbullah pernah tiga kali menikah tetapi tidak berlangsung lama dan tidak dikaruniai anak, kemudian kawin lagi dengan Asnah, puteri kiai Sa’id, pedagang dari Surabaya dan memperoleh empat orang anak diantaranya KH. Najib Abdul Wahab yang selanjutnya mengasuh pesantren Tambak Beras.

Setelah Asnah meninggal, kiai Wahab menikah dengan Fatimah, anak H. Burhan tetapi tidak memperoleh keturunan tetapi memperoleh anak tiri, diantaranya KH. A. Sajichu. Setelah itu KH. Abdul Wahab Chasbullah menikah dengan Ashikhah, anak KH. Abdul Madjid Bangil, yang meninggal setelah beribadah haji dan memperoleh empat orang anak. Terakhir kiai KH. Abdul Wahab Chasbullah memperisteri Sa’diyah, kakak Ashikhah, sampai akhir hayatnya pada tahun 1971 dan memperoleh lima anak.

PENDIRI SERIKAT ISLAM DI MAKKAH :

Setelah menjalani perjalanan intelektualnya, hamper sepenuh hidupnya dihabiskan di dunia pesantren. Maka pada usia 27 tahun KH. Abdul Wahab Chasbullah kemudian memperdalam pengetahuan keagamaannya di Makkah selama kurang lebih lima tahun. Di Makkah ia beremu dengan ulama terkemuka dan kemudian berguru kepadanya, diantaranya kiai Mahfudz dari Termas, kiai Muchtarom dari Banyumas, Syekh Ahmad Khatib dari Minagkabau, Syekh Sa’id Al-Yamami dan Syekh Ahmad Abu Bakri Saha. Di sana beliau tidak hanya sibuk dengan kegiatan belajar, namun juga terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan organisasi. Bahkan beliau bersama Abbas dari Jember, Asnawi dari Kudus dan Dahlan dari Kertosono yang mempelopori berdirinya Syarikat Islam (SI) cabang Makkah.

Dengan rangkaian perjalanan intelektual yang demikian panjang, tidak mengherankan apabila pada usia 34 tahun KH. Abdul Wahab Chasbullah telah menjadi pemuda yang menguasai berbagai disiplin ilmu keagamaan, seperti ilmu tafsir, hadits, fiqih, akidah, tasawuf, nahwu shharaf, ma’ani, manthiq, arudl dan ilmu hadlarah dari cabang ilmu diskusi dan retorika.

MENDIRIKAN TASHWIRUL AFKAR :

Akhirnya bersama kiai mas Mansur, kawan mengaji di Makkah, ia membentuk kelompok diskusi tashwirul afkar (pergolakan pemikiran) di sdurabaya pada tahun 1914. Mula-mula kelompok ini mengadakan kegiatan dengan peserta yang terbatas. Tetapi berkat prinsip kebebasan berfikir dan berpendapat yang diterapkan dan topic-topik yang dibicarakan mempunyai jangkauan kemasyarakatan yang luas, dalam waktu singkat kelompok ini sangat popular dan menarik perhatian di kalangan pemuda. Banyak tokoh islam dari berbagai kalangan bertemu dalam forum ini untuk mendebatkan dan memecahkan permasalahan pelik yang dianggap penting.
Tashwirul afkar tidak hanya menghimpun kaum ulama pesantren, ia juga menjadi ajang komunikasi dan forum saling tukar informasi antar tokoh nasionalis sekaligus jembatan komunikasi antara generasi muda dengan generasi tua. Dari posnya di Surabanya, kelompok ini menjalar sampai ke seluruh kota di Jawa Timur. Bahkan gaungnya sampai ke daerah lain seluruh Jawa. Kelompok ini tidak hanya mendiskusikan masalah-masalah kemasyarakatan yang muncul, tetapi juga menggalang kaum intelektual dari tokoh-tokoh pergerakan. Jelas pemrakarsanya memasukan unsur-unsur kekuatan politik untuk menentang penjajah. Karena sifat rekrutmennya yang lebih mementingkan progresifitas berpikir dan bertindak, maka jelas kelompok diskusi ini juga menjadi forum pengkaderan bagi kaum muda yang gandrung pada pemikiran keilmuan dan dunia politik.

Bersama dengan itu, dari rumahnya di Kertopaten, Surabaya, KH. Abdul Wahab Chasbullah masih bersama kiai mas Mansur menghimpun sejumlah ulama dalam organisasi Nahdlatul Wathan (kebangkitan Tanah Air) yang telah memperoleh kedudukan badan hukumnya pada tahun 1916. Dari organisasi inilah KH. Abdul Wahab Chasbullah mendapat kepercayaan dan dukungan penuh dari ulama pesantren yang kurang lebih sealiran dengannya. Diantara ulama yang berhimpun itu adalah Kiai N. Alwi Abdul Aziz, kiai Ma’shum dan kiai Kholil dari Lasem.

MENDIRIKAN NAHDLATUL WATHAN :

Tampilnya nahdlatul wathan sebagai lembaga pendidikan dalam rangka menindaklanjuti rekomendasi Tashwirul Afkar antara lain telah membuka jalur pendidikan sebagai jalur rekrutmen dan sosialisasi pilitik dalam membangkitkan kesadaran nasional.
Sebagai lembaga pendidikan, Nahdlatul Wathan dibawah pimpinan KH. Abdul Wahab Chasbullah telah berhasil mendirikan sekolah-sekolah di berbagai daerah du Jawa timur, antara lain :
- Madrasah Ahloel Wathan di Wonokromo,
- Madrasah Farol Wathan di Gresik,
- Madrasah Hidayatul Wathan di Jombang dan
- Madrasah Khitabatul Wathan di Surabaya.

KH. Abdul Wahab Chasbullah juga mempunyai perhatian khusus terhadap para pemuda. Untuk itu, KH. Abdul Wahab Chasbullah mengumpulkan beberapa orang pemuda SYUBBANUL WATHAN (pemuda tanah air) pada tahun 1924. Organisasi ini kemudian menjadi cikal bakal Gerakan Pemuda Anshar yang lahir pada tahun 1934. Dikalangan pemudanya disediakan wadah syubbanul wathan (pemuda tanah air) yang di dalamnya antara lain ada nama Abdul Ubaid. Dalam kelopok inilah KH. Abdul Wahab Chasbullah mulai memimpin dan menggerakan perjuangan pemikiran berdasarkan keagamaan dan nasionalisme, saying sekali hanya karena perbedaan khilafiyah saja, duet KH. Abdul Wahab Chasbullah dan mas Mansur harus retak dan kemudian berpisah. Jika tidak, mungkin perkembangan sejarah ormas Islam atau lebih besar lagi umat islam Indonesia akan berbicara lain.

Perbedaan pandangan dengan mas Mansur tidak menjadikan KH. Abdul Wahab Chasbullah mundur diri dari penggalangan pemikiran dikalangan pemuda saat itu. Jiwanya yang bebas dan selalu ingin mencari penyelesaian masalah menjadikan ia terus melakukan kontak dengan tokoh-tokoh pergerakan dan tokoh-tokoh keagamaan lainnya. Dengan pendiri Al-Irsyad, Syeh Ahmad Surkati di Surabaya, misalnya KH. Abdul Wahab Chasbullah tidak segan-segan melakukan diskusi mengenai masalah keagamaan. Sedangkan KH. Abdul Wahab Chasbullah dengan tokoh pendiri Muhammadiyah yaitu Kiai Ahmad Dahlan sering bertandang ke Yogyakarta untuk bertukar pikiran dengannya.
Akan tetapi juga tidak bisa dihindari, karena terjadinya gerakan kepentingan dan makin menajamnya perselisihan paham keagamaan antar tokoh agama, timbul polarisasi yang ttajam di kalangan mereka, mesti tidak sampai mengorbankan kepentingan yang lebih besar, yaitu cita-cita kemerdekaan bangsa Indonesia. Kiai mas Mansur misalnya harus kembali ke organisasi Muhammadiyah dan KH. Abdul Wahab Chasbullah terus melanjutkan penggalangan solidaritas ulama dalam forum tersebut.
- SEJARAH NU (Nahdlatul Ulama)

Rabu, 21 September 2011

Tips Merawat Motor sederhana




 Berikut ini tips merawat motor sederhana :
  1. Rajin mencuci motor untuk melindungi terjadinya karat yang tidak diinginkan
  2. Lumasi rantai roda dengan oli khusus rantai (chain lube) apabila terlihat sudah kering
  3. Ganti oli mesin setiap 2000km atau 2 bulan sekali
  4. Jangan terlalu sering memparkir motor langsung dibawah sinar matahari, karena  menyebabkan body-body kendor dan mudah pecah
  5. Gunakan Sparepart Asli
  6. Hemat dalam menggunakan battery/accu
  7. Gunakan selalu bahan bakar/bensin yang non timbal (asli premium
  8.  Periksa Tekanan Angin Ban Jangan terlalu keras dan juga jangan kurang karena bisa berakibat kembang ban motor rusak

Bila ada tips-tips lain dari bikers silahkan kirim melalui comment dibawah ini, Trims…

- Tips Merawat Motor sederhana

Selasa, 20 September 2011

Saat Tes Wawancara Perhatikan Hal Ini

Dalam wawancara, faktor diluar “isi” seringkali dapat mempengaruhi keberhasilan suatu wawancara. Mulai dari penampilan, sampai cara berbicara.

Seorang pewawancara yang berpengalaman akan merasakan sebagian karakter yang diwawancara dari sinar matanya. Tidak perlu dengan memelototi, atau dengan sinar mata syahdu, melainkan tataplah secara wajar kepada pewawancara.

Seperti dijelaskan laman ggkarir, Intinya, bahwa melalui tatapan anda selama wawancara haruslah menandakan :
1. Apakah anda cukup percaya diri;
2. Apakah anda berpikir positif terhadap proses komunikasi dalam wawancara tersebut;
3. Apakah anda jujur dengan isi komunikasi anda;
4. Apakah anda tampil “jujur” sesuai dengan kepribadian anda yang sebenarnya, tidak dibuat-buat.

Intonasi akan memperlihatkan apakah anda seorang yang percaya diri atau tidak. Tidak perlu dengan cara mengatur suara seperti seorang pemain sinetron, tetapi cukuplah bahwa anda dapat menggunakan intonasi yang menarik minat lawan bicara untuk terus berkomunikasi.

Usahakan tidak memberi nada agresif, atau nada “menutup” diri. Gunakanlah intonasi yang mewakili dengan isi pesan anda. Volume, warna, dan irama memang harus diatur dengan baik, tetapi bukan harus menjadi orang yang tampil bukan sebagai dirinya sendiri.
 sumber : http://www.soalcpns.net
- Saat Tes Wawancara Perhatikan Hal Ini

Kamis, 15 September 2011

Doa ba'da Shalat II

اِ ٰلـهِ الْكَرِيْمِ وَاَنْتَ الْكَرِيْمِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ فِى اْلاَوَّلِيْنَ وَاْلاٰخِرِيْنَ. وَسَلِّمْ وَرَضِيَ الله ُتَبَارَكَ وَتَعَالىٰٰ عَنْ سَادَاتِنَا اَصْحَابِ سَيِّدِنَا رَسُوْلِ اللهِ اَجْمَعِيْنِ.
بِسْمِ اللهِ الرَّ حْمٰنِ الرَّحِيْمِ اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. حَمْدًا يُوَافِى نِعْمَهُ وَيُدَافِعُ نِقَمَهُ وَيُكَافِىءُ مَزِيْدَهُ. يَارَبَّنَا لَكَ اْلحَمْدُ وَلَكَ الْمُلْكُ وَلَكَ الشُّكْرُوَلَكَ الرِّضَاكَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلاَلِ وَجْهِكَ اْلكَرِيْمِ وَعَظِيْمِ سُلْطَا نِكْ. اَللّهُمَّ صَلِى وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. صَلاَةً تُنْجِيْنَا بِهَا مِنْ جَمِيْعِ اْلاَهْوَالِ وَاْلاَفَاتْ. وَتَقْضِيْ لَنَا بِهَا جَمِيْعِ اْلحَاجَاتْ وَتُطَهِّرْنَا مِنْ جَمِيْعِ السَّيِّئَآتِ وَتَرْفَعُنَا بِهَا عِنْدَكَ اَعْلَى الدَّرَجَاتْ وَتُبَلِّغُنَا بِهَا اَقْصَى اْلغَايَاتِ مِنْ جَمِيْعِ اْلخَيْرَاتِ فِى الْحَيَاةِ وَبَعْدَ الْمَمَاتِ. اِنَّهُ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ يَاقَاضِيَ اْلحَاجَاتْ. اَللّهُمَّ اغْفِرْلِيْ {لَنَا} ذُنُوْبِيْ {بَنَا} وَلِوَالِدَيَّ {لِدِيْنَا} وَاَرْحُمْهُمَا {هُمْ} كَمَارَبَّيَانِيْ {رَبَّوْنَا} صَغِيْرًا {صِغَارًا} وَلِجَمِيْعِ الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِناَتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اَلْأََحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتْ. اَللَّهُمَّ يَامُيَسِّرُ يَسِّرْ وَيَامُدَبِّرُ دَبِّرْ وَيَا مُسَهِّلُ سَهِّلْ. سَهِّلْ عَلَيْنَا كُلُّ عَسِيْرٍ بِجَاهِ الْبَشِيْرِ النَّذِيْرُ. اَللّهُمَّ اهْدِنَا وَوَفِقْنَا اِلَى الْحَقِّ وَاِلىٰ طَرِيْقٍ مُسْتَقِيْمِ وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ وَتَوَفَّنا َمُسْلِمِيْنَ وَالْحِقْنَا بِالصَّالِحِيْنَ بِرَحْمَتِكَ يَااَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ اَعِنِّيْ {نَا} عَلىٰ ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ. {3×}
اَللَّهُمَّ ياَغَنِيُّ ياَحَمِيْدُ ياَمُبْدِئُ يَامُعِيْدُ يَارَحِيْمُ يَاوَدُوْدُ أَغْنِنِيْ بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَبِطَاعَتِيْكَ عَنْ مَعْصِيَّتِكَ وَبِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ.{3×}
اَللَّهُمَّ اِنِّيْ {نَا} اَعُوْذُبِكَ {نَعُوْذُبِكَ} مِنَ الْهَمِّ وَالْحَزَتِ وَاَعُوْذُبِكَ {وَنَعُوْذُبِكَ} مِنَ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَاَعُوْذُبِكَ {وَنَعُوْذُبِكَ} مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالْ. اَللَّهُمَّ اَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ اَمْرِنَا وَاَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِِيْ فِيْهَا مَعَا شُنَا. وَاَصْلِحْ لَنَا اٰخِرَتَنَا الَّتِيْ اِلَيْهَا مَعَا دُنَا. اَللّهُمَّ اجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِيْ كُلِّ خَيْرُ. وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ بِرَحْمَتِكَ يَااَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. اَللّهُمَّ اجْعَلْنَا وَاَوْلاَدِنَا مِنْ اَهْلِ الْعِلْمِ وَالْخَيْرُ. وَلاَ تَجْعَلْنَا وَاَوْلاَدِنَا مِنْ اَهْلِ الشَّرِّ وَالضَّيْرِ. رَبَّنَاهَبْ لَنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةً اَعْيُنٍ. وَجَعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا. رَبَنَا لاَتُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ اِذْهَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً اِنَّكَ اَنْتَ اْلوَهَابْ. رَبَنَا ظَلَمْنَ اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْلَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخٰسِرِيْنَ. رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا اِنَّكَ اَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَتُبْ عَلَيْنَا اِنَّكَ اَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمِ. رَبَّنَا اَتِنَافِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلاَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّرْ. وَاَدَخِلْنَا الْجَنَّةَ مَعَ اْلاَبْرَارْ ياَعَزِيْزُ ياَغَّفاََّرْ وَصَلَّى الله ُعَلىٰٰ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ اْلاُمِّيِّ وَعَلىٰ اٰلِـهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ اَجْمَعِيْنَ. سُبْحاَنَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلىَ الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ ِِللهِ رَبِّ الْعَالمَِيْنَ.
اَلْفاَتِحَةْ ..........
وَاعْفُ عَنَّا ياَكَرِيْم ياَاَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ ارْحَمْنا َوَوَالِدِيْنا َوَاُمَّةً مُحَمَّدٍ صَلىَ الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمْ. اَللَّهُمَّ بِحَقِّ الْفاَتِحَةِ وَبِسِرِ الْفاَتِحَةِ وَبِكََرَامَةِ الْفاَتِحَةِ وَبِشَفَاعَةِ الْفَاتِحَةِ وَبِمُعْجِزَاتِ الْفَاتِحَةِ.ياَفاَرِجَ الْهَمْ ياَكَاشِفَ الْغَمْ ياَمَنْ لِعَبْدِهِ يَغْفِرُ وَيَرْحَمْ وَيَا دَافِعَ الْبَلاَء يَا الله وَيَا دَافِعَ الْبَلاَء يَارَحْمَنْ وَيَا دَافِعَ الْبَلاَء يَارَحِيْمِ وَيَا دَافِعَ الْبَلاَء يَااَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ. اَنْ تَقَبَّلَ مَابِهِ وَعَوْنَاكْ وَاَنْ تُعْطِيَنَا مَاسَأَلْنَاهُ اَنْجِزْلَنَا وَعْدَكَ الْحَقَّ الَّذِيْ وَعَدْتَهُ لِعِبَادِكَ الْمُؤْمِنِيْنَ لاَاِلهَ اِلاَّ اَنْتَ سُبْحَانَكَ اِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ. دَعْوَا هُمْ فِيْهَا سُبْهَانَكَ اَللّهُمَ وَتَحِيَّتُهُمْ فِيْهَا سَلاَمُ وَاخِرُ دَعْوَاهُمْ اَنِ الْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. اَمِـيْن

- Doa ba'da Shalat II

Rabu, 14 September 2011

13 Tips Sukses Orang Hebat di Dunia

Sukses adalah suatu pencapaian yang diniatkan untuk terjadi, diyakini dengan kebulatan hati dan dicapai melalui proses kerja keras nan cerdas serta komitment yang tinggi. Setiap orang pasti berkeinginan untuk sukses tapi tidak semua orang mau ikhlas menjalani prosesnya yang kadangkala terjal dan berliku. Berikut beberapa tips sukses dari orang-orang yang sudah mengalami banyak hal dalam hidupnya.
Selalu fokus !! Kerahkan semua pikiran anda pada apa yang ingin anda capai dan percayalah pada diri anda sendiri. Jika tidak tak seorangpun yang akan percaya anda. Donald Trumph
Masa depan anda diciptakan oleh apa yang anda lakukan hari ini bukan besok. Lihat masa depan anda dengan melihat apa yang anda lakukan hari ini…hari ini. Robert T Kiyosaki
Nikmati yang anda lakukan adalah hal wajib bagi orang-orang yang mau sukses. Anda tidak perlu mengejar kesuksesan, yang perlu anda lakukan adalah menjadi yang terbaik dibidang anda. Richard Branson
Setiap orang mengalami masa-masa sulit, itu adalah ukuran dari tekad dan dedikasi anda. Bagaimana anda berurusan dengan itu semua dan bagaimana anda melaluinya menentukan keberhasilan anda. Lakshmi Mittal
Saya telah berkali-kali dalam kehidupan ini. itulah alasannya mengapa saya bisa sukses. Michael Jordan
Siapapun bisa menyerah, itu hal termudah di dunia yang bisa dilakukan. Tapi untuk terus bersama-sama ketika orang lain akan mengerti jika anda berantakan, itulah kekuatan sejati. Steve Jobs
“Sukses datang pada mereka yang ’sadar’ akan sukses! Jika kita tidak menentukan sasaran, bagaimana kita bisa mendapatkannya?” Bruce Lee
Jika Anda bekerja hanya untuk uang, Anda tidak akan pernah berhasil, tapi jika Anda menyukai apa yang Anda lakukan dan Anda selalu menempatkan pelanggan pertama, kesuksesan akan menjadi milikmu. Ray Kroc
Dalam rangka untuk berhasil, keinginan Anda untuk sukses harus lebih besar dari ketakutan Anda akan kegagalan. Saya tidak tahu kunci sukses, tetapi kunci untuk kegagalan adalah mencoba menyenangkan setiap orang. Bill Cosby
Sukses adalah rangkaian perjalanan dari satu kegagalan ke kegagalan lainnya tanpa kehilangan antusiasme. Winston Churcill
Bahan baku utama kesuksesan adalah bagaimana kita bergaul dan membangun silaturahmi dengan orang-orang. Theodore Roosevelt
Cobalah untuk tidak menjadi seorang yang sukses, melainkan mencoba untuk menjadi manusia yang bernilai dan bermanfaat buat orang lain. Albert Einstein
“Kehidupan menjadi sangat sulit dan rumit kalau kita membiarkan diri kita berlari terus ke tempat tujuan. Lupa bahwa hari ini, di tempat ini, dengan badan yang ini, plus jumlah rejeki hari ini, juga menghadirkan ‘tujuan-tujuan’ besar yang tidak kalah menariknya.
Jika kita menghabiskan semua waktu untuk berlari, tidak hanya lelah dan capek hasilnya, tetapi juga kehilangan sense of direction. Inilah akar dari kehidupan banyak orang yang tandus dan kering.” Gede Prama
Terima kasih
Salam mantap

Sumber : http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2011/09/14/13-tips-sukses-orang-hebat
- 13 Tips Sukses Orang Hebat di Dunia

Sabtu, 10 September 2011

Cara Sujud yang Benar dalam shalat

Cara Sujud yang Benar
Para ulama fiqih mendifinisikan shalat sebagai tindakan-tindakan dan ucapan-ucapan yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam. Tindakan-tindakan dan ucapan-ucapan itu selanjutnya dinamakan rukun dan pemenuhannya menjadi satu keharusan. Berarti, bila tidak dikerjakan mengakibatkan shalatnya batal. Atau disebut sunnah jika berfungsi sebagai pelengkap dan penyempurnaan saja. Sehingga, kalau ditinggalkan, tidak sampai berakibat membatalkan shalat.


Rukun shalat secara keseluruhan ada tujuh belas, yang merupakan satu kesatuan utuh, sehingga pelaksanaannya harus berkesinambungan. Akibatnya, bila ada salah satu saja dari rukun itu ditinggalkan atau dilaksanakan secara terpisah, seseorang belum dianggap melaksanakan shalat. Dalam bahasa ahli ushul fikih, belum bebas dari uhdatul wujub, atau belum bias mengugurkan at-ta’abbud.
Setiap rukun mempunyai aturan dan cara-cara tertentu. Mulai dari cara membaca fatihah, ruku’, sujud, I’tidal dan seterusnya semua itu berdasar pada cara shalat Rasulullah saw semasa hidup. Sebagaimana perintah beliau dalam sebuah hadits:

صلوا كما رأيتموني أصلي -رواه البخاري

Artinya: shalatlah kamu seperti yang kamu lihat saat aku mengerjakannya (HR. Bukhari, Muslim dan Ahmad)
Cara dan aturan-aturan tersebut telah diterangkan oleh ulama dengan panjang lebar, melalui proses ijtihad secara serius, dalam karya mereka berupa kitab-kitab fiqih.

Dalam berijtihad mereka senantiasa berpedoman pada al-qur’an, hadits, ijma’ dan qiyas serta metode-metode istinbath yang lain. Karena itu dengan berpedoman pada kitab-kitab fiqih, bukan berarti kita tidak atau kurang mengamalkan al-Qur’an dan hadits seperti anggapan minor sebagian kalangan tertentu.
Dengan demikian shalat yang dipraktikkan umat Islam, secara umum sama, karena berangkat dari sumber yang sama pula. Semua berdiri, membaca fatihah, ruku’ dan sbagainya. Tapi di balik kesamaan-kesamaan tersebut, ada perbedaan-perbedaan kecil yang tidak begitu prinsip . Jangan sampai terjadi, perbedaan kecil itu merusak ukhuwah islamiyah di kalangan muslimin.

Misalnya dalam hal sujud, para ulama sendiri terbagi dalam dua elompok, antara yang mendahulukan tangan dan yang mengakhirkannya setelah meletakkan lutut. Keduanya memiliki dasar masing-masing. Kalau ditelusuri perbedaan pendapat tersebut berpangkal pada dua hadits yang termaktub dalam bulughul maram, karangan Ibnu hajar al-Asqalani.Hadits pertama riwayat dari sahabat Abu Hurairoh ra yang menyatakan bahwasannya rasulullah saw bersabda;

إذا سجد أحدكم فلايبرك كمايبرك البعير وليضع يديه قبل ركبتيه - رواه أبوداود والترمذي والنسائي

Artinya: jika salah satu dari kalian bersujud, janganlah menderum seperti unta menderum, letakkanlah kedua tangan sebelum lutut. (HR. Abu Dawud, Tirmidzi dan Nasa’i)

Dalam hadits tersebut jelas kita diperintahkan untuk mendahulukan tangan. Sebuah pengertian yang berlawanan dengan hadits kedua riwayat sahabat Wail bin Hajar ra yang mengatakan:

رأيت النبي صلى الله عليه وسلم إذا سجد وضع ركبتيه قبل يديه ركبتيه -رواه أبوداود والترمذي والنسائي وابن ماجه

 Artinya: saya melihat Rasulullah saw ketika sujud meletakkan (menjatuhkan) lutut sebelum tangannya. (HR. abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’I dan Ibnu Majah)
Ketika ada dua hadits yang tampak bertentangan seperti itu, para ulama akan memilih mana yang lebih kuat; yang sahih didahulukan dari pada yang dhaif. Kalau kedudukannya sama, sebisa mungkin dikompromikan agar sejalan dan tidak saling bertentangan . Jika langkah  tersebut tidak mungkin dicapai, hadist yang terdahulu dirombak (dinasikh) oleh yang terakhir. Dengan catatan sejarah keduanya diketahui. Bila waktunya tidak jelas, sikap yang mereka ambil adalah al-waaf. Maksudnya kedua hadits tersebut tidak diamalkan, lalu beralih pada dalil lain. Solusi seperti itu diketemukan dalam kitab-kitab ushul fikih, seperti tashit Thuraqat, Irsayadul Fukhul dan al-Luma’.Yang menjadi permasalahan adalah para ulama sering berbeda menilai sebuah hadits. Hadits yang dianggap sahih oleh seorang ahli (muhadditsun) tertentu, pada saat yang sama kadang diklaim tidak sahih oleh ulama lain. Pada gilirannya, mereka cenderung berpendapat sesuai dengan hasil ijtihad masing-masing.

Pada kasus sujud Imam Malik dan Imam Auzai memilih hadits yang pertama. Sedangkan madzhab Syafi’I dan Hanafi cenderung mengamalkan hadits kedua. Dalam kaitan itulah mengapa khiaf tidak terelakkan. Apalagi jika hadits hanya diketahui oleh satu pihak saja. Namun yang pasti, ulama terdahulu telah berupaya semaksimal mungkin mendekati setiap kebenaran. Yang benar memporel dua pahala yang salah memperoleh satu pahala. Dengan syarat mereka benar-benar mempunyai kompetensi untuk berijtihad. Dalam arti, melengkapi diri dengan berbagai disiplin keilmuan yang diperlukan untuk tugas mulia yang sangat berat itu. Sekarang kita tinggal pilih sesuai dengan kemnatapan dan keyakinan masing-masing. Kalangan pesantren yang akrab dengan kitab-kitab Imam syafi’I dalam hal sujud mungkin mendahulukan lutut. Tetapi kalangan yang lain bisa saja mendahulukan tangan.  

sumber: KH. Sahal Mahfudh, Solusi Problematika Umat.
- Cara Sujud yang Benar dalam shalat

Selasa, 06 September 2011

200 Masjid di Makkah Salah Kiblat

Ternyata tidak hanya di tempat yang jauh dari Ka’bah saja yang bisa salah. Sekitar 200 masjid di kota suci Makkah tidak menghadap ke arah kiblat secara benar, koran Arab Saudi melaporkan. Surat kabar Saudi Gazette melaporkan, orang-orang yang melihat ke bawah dari atas gedung-gedung tinggi yang baru di Makkah menemukan, mihrab di banyak masjid tua Mekkah tidak mengarah langsung ke Ka’bah.
Saat menunaikan sholat, warga Muslim sedapat mungkin menghadap ke Ka’bah, bahkan kalau diperlukan, bisa menggunakan kompas khusus untuk mencari arah kiblat itu. Ka’bah tersebut terletak di tengah Masjidil Haram di Makkah.

Wartawan BBC Sebastian Usher dalam laporannya mengatakan, pihak berwenang belakangan melakukan pembangunan kembali kawasan di dan sekitar Masjidil Haram.
Tetapi masjid-masjid lama di Mekah tetap dipertahankan keberadaannya. Kini bila dilihat dari gedung-gedung tinggi yang baru, sejumlah warga menemukan lokasi mihrab di sebagian masjid tersebut tidak tepat arah. Pada saat masjid-masjid tersebut dibangun kira-kira 50 tahun yang lalu, digunakan perkiraan kasar arah kiblat karena saat itu belum ada alat yang akurat
Berdasarkan koran pan-Arab, Al-Hayat, sekretaris kementrian, Tawfik Al-Sudairy mengatakan, “Tidak ada kesalahan utama, tapi perbaikan telah dilakukan terhadap beberapa masjid tua, terima kasihlah kepada teknik modern. Dalam beberapa kasus, hal itu tidak mempengaruhi pelaksana ibadah.”
Sebagian warga mengatakan ibadah mereka mungkin tidak sah. Seorang pejabat Arab Saudi mengatakan ibadah sholat mereka tidak akan terpengaruh. Sebagian orang menyarankan sinar laser dipancarkan dari kubah Masjidil Haram untuk menunjukkan arah kiblat yang tepat.
Sumber: Arab Times Online, Republika
- 200 Masjid di Makkah Salah Kiblat